Miftach Cut Adek (IDN Times/Dokumen Pribadi Miftach Cut Adek)
Peristiwa gempa dan tsunami telah menghilangkan tujuh saudara dan kedua orangtua Cut Adek. Di keluarganya, hanya ia, seorang adik dan abangnya, serta satu orang keponakan yang selamat.
Habis, seluruh keluarganya telah habis menjadi korban. Bahkan, ia tak menemukan jasad semuanya pasca kejadian tersebut.
“Setelah kejadian itu kita sempat mencari anggota keluarga. Terus mencari namun tidak ketemu. Bila bertemu dengan tetangga lain, lalu saya tanya mengenai keluarga saya. Ada yang bilang bahwa ayah saya sudah meninggal. Mayatnya sudah dibawa.”
Cut Adek mengaku, bila jasad sang ibu tidak ia temukan karena dianggap susah. Sebab saat itu, mayat wanita hampir semuanya sama. Sedangkan sang ayah bisa dikenali karena berdasarkan ciri fisiknya.
Tiga hari pasca tsunami, Cut Adek baru bisa bertemu salah seorang abangnya yang selamat. Namun kondisi kesehatannya saat itu sangat buruk, sehingga beberapa hari kemudian meninggal dunia ketika menjalani perobatan ke salah satu rumah sakit di Kota Medan.
“Beliau meninggal di Medan, kemudian dikebumikan di Langsa karena tidak sempat lagi dibawa ke sini. Selain itu karena tidak ada yang urus.”
Kini, Cut Adek hanya tinggal bertiga, bersama dua orang saudaranya, yakni adik dan abangnya. Adiknya selamat ketika itu karena menyelamatkan diri menggunakan sepeda ke daerah yang lebih tinggi.
Sementara sang abang selamat karena saat kejadian tidak ada di Aceh, tepatnya sedang berada di Denmark. Satu orang lagi yang selamat adalah anak dari almarhum abangnya.
Cut Adek merupakan anak ke-10 dari 12 bersaudara. Dua saudaranya telah lebih dahulu meninggal sebelum peristiwa 26 Desember 2004 silam. Sedangkan 7 orang lainnya meninggal dalam bencana tsunami.