Kepada IDN Times yang menghubunginya melalui telepon beberapa waktu lalu, Dwi bercerita ia hendak berangkat menuju ke Jenewa, Swiss pada (4/04/2016) untuk menghadiri Konvensi Penyandang Hak-Hak Disabilitas. Kerennya, Dwi merupakan satu-satunya warga Indonesia yang diundang hadir ke sana. Usai kembali dari Jenewa, Dwi rencananya membagikan materi pelatihan yang ia dapat ke sesama rekan disabilitas.
Bagi Dwi, ini bukan kali pertama ia terbang ke luar negeri dengan menggunakan kursi roda. Bahkan, ia juga sudah pernah terbang dengan maskapai Etihad, tapi tidak pernah mengalami masalah seperti kemarin. Dalam kasusnya kemarin, Dwi merasa sudah diperlakukan diskriminatif sejak awal.
Petugas check in maskapai malah menempatkan Dwi di kursi di samping pintu darurat. Padahal, secara teori, tidak sepatutnya ia ditempatkan di sana, karena dalam keadaan bahaya, Dwi tidak mampu membantu orang lain.
Sekitar 15 menit sebelum pesawat take off, Dwi dihampir oleh kru kabin dan menanyakan apakah ia bisa berdiri dan menyelamatkan orang lain.
"Saya katakan saya tidak bisa melakukan evakuasi sendiri. Tapi, kalau berdiri saya masih mampu dan berjalan beberapa meter dengan berpegangan," katanya kepada IDN Times.
Kru kabin kemudian memanggil staf darat untuk menjelaskan situasinya. Dwi akhirnya diminta turun oleh maskapai karena berangkat tanpa membawa pendamping.
"Di situ, saya sudah merasa diperlakukan diskriminatif. Kan bukan salah saya, kalau saya diberi kursi di samping pintu darurat. Seharusnya pihak maskapai yang memberitahukan dan memindahkan saya ke kursi yang lain," katanya lagi.
Walau sempat terjadi perdebatan, Dwi tetap diturunkan. Dengan menggunakan kursi roda yang sudah disiapkan oleh maskapai, ia dibawa keluar dari kabin pesawat kembali ke bandara. Menurut maskapai, semua barang Dwi yang semula ada di bagasi termasuk kursi rodanya, sudah dikeluarkan.
"Iya ada (cek-cok di dalam pesawat). Bahkan, saat saya dibawa keluar, saya sempat berteriak-teriak di lorong (pesawat). Saya juga berdebat panjang dengan stafnya di depan pintu pesawat," tutur dia.
Kru kabin, kata Dwi, sempat meminta pendapat pilot pesawat. Hasilnya tetap tak berubah, ia tidak diizinkan masuk ke dalam pesawat.