Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)
Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

Jakarta, IDN Times - Fariz Egia Gamal adalah seorang pembuat konten yang dikenal melalui YouTube dan TikToknya. Selain itu, ia merupakan founder dari produk perawatan kulit pria, Gamal Men.

Pada Pemilu 2024, Gamal maju sebagai calon anggota legislatif DPRD DKI Jakarta. Ia bertarung di Dapil DKI Jakarta 7 melalui Partai Gelora nomor urut 9.

Selama masa kampanye, Gamal hanya bermodalkan TikTok. Ia juga tak pernah menemui masyarakat secara langsung.

Bahkan, ia tak pernah mengeluarkan uang untuk membuat alat peraga kampanye (APK) seperti spanduk atau baliho. Namun, ia berhasil meraih suara tertinggi dibandingkan Caleg Partai Gelora lain di Dapil DKI Jakarta 7, meski belum lolos ke DPRD DKI Jakarta.

IDN Times sempat mewawancarai Gamal secara langsung. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana cerita Anda memutuskan menjadi Caleg? Mengapa memilih Partai Gelora sebagai kendaraan politik?

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, dalam deklarasi Prabowo Subianto sebagai Capres 2024 (IDN Times/Aryodamar)

Gue juga nanya sama dia "Eh Wil, lu kalau jadi DPRD gini, gue sebagai awam gak tahu nih. lu bisa gak sih gak korupsi?" Kata dia bisa.

Oh gue baru tahu tuh ternyata pejabat itu gak melulu harus aneh-aneh, bisa juga lurus. Akhirnya gue tertarik karena bisa lurus plus pekerjaannya seru. akhirnya gue memutuskan gue mau nyaleg.

Ngobrol sama William (PSI) itu di Injury Time, DCS (Daftar Calon Sementara) sudah keluar. DCS kan bisa direvisi di DCT, (tapi) waktunya cuma dua minggu. Sementara William ini bukan yang punya partai. pasti ada hirarkinya kalau mau masukin orang di DCT, ribet tuh karena musti ada yang digusur. Gue gak yakin William bisa bantu di masa injury time itu.

Jadi kemarin waktu abis ngobrol sama William, mikir-mikir di rumah masuk PSI gak ya. Tapi kalau masuk PSI, bisa gak PSI gusur orang, karena kan sudah ada orang.

Karena butuh cepat, daripada gagal, kan Jadi caleg niatnya bukan mau menang, tapi mau nyoba nyaleg. Ya sudah Gelora saja deh. kebetulan waktu kemarin S2 temenan sama anaknya Anis Matta.

Anaknya Anis Matta yang menjadi caleg?

Gue temenan sama kakaknya. Itu (Yang jadi caleg) adiknya teman gue.

Kalau ini kan anak yang punya partai, pasti bisa dong bantu. Kalau William kan bukan, cuma gue kenal sama William.

Akhirnya minta bantuan sama teman gue ini. "Bantu Gue dong, gue mau nyaleg." Cuma di depan gue terang-terangan ini kan sudah injury time, kalau nyaleg pun cuma tiga empat bulan. Gue gak mungkin menang.

Jadi gue jujur kalau gue gak mau sama sekali turun ke Dapil. Gue cuma mau nyaleg. Cuma mau TikTokan, YouTube-an, sudah. Gue gak bakal punya baliho, gak turun ke dapil.

Karena gue tahu gak bakal menang karena terlalu tipis waktunya.

Akhirnya diterima, syarat itu dibolehin.

Gimana cara kampanyenya? Murni cuma modal TikTok?

Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

TikTok, murni TikTok. Gue cuma sekali nyebut Gelora di konten gue, itu di akhir. Itu juga karena orang nanya, jadi gue jawab.

Gue cuma taruh link di bio, lu kalau mau tahu gue caleg mana lu cari sendiri. Gue gak mau nyebut karena sebenarnya gue baru akan berpolitik setelah ini. Ini perkenalan saja.

Kenapa milih jadi Caleg DPRD di Dapil 7 DKI Jakarta?

Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

Karena tinggal di Dapil 7. Gue tinggal di Lebak Bulus, kadang di Kuningan. Jadi gue hidup di Dapil 7.

Pengalaman berharganya sebenarnya (nyaleg) gak harus di tempat tinggal. Kenyataan pahitnya adalah banyak orang tuh kenal gue di Dapil 8.

Dari gue ngobrol, teman-teman gue, di online, kenal gue di dapil 8. Mungkin kalau Dapil 8 suaranya bisa 2 ribu atau tiga ribu

Dapil 8 itu Jakarta Selatan sebelah kanan. Pancoran, Tebet, Jagakarsa. Karena dulu gue kuliah di UI, teman gue banyak di jalur kereta tuh.

Kesalahan pemilihan. Tapi gak apa-apa sudah terlanjur.

Gak pernah kampanye, menyangka gak dapat 1.044 suara?

Itu tertinggi di Gelora di Dapil itu. Gak nyangka sih. Lumayan.

Apa pelajaran yang bisa diambil dari pencalegan perdana Anda?

Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

Banyak. Gue menemukan panggilan jiwa gue. Bahwa gue memang benar-benar suka masalah perhubungan.

Karena di awal gue ngomongin perhubungan cuma sebatas pak ogah, tukang parkir ilegal. cuma makin ke sini gue makin pedestrian oriented. gue jadi naik MRT, LRT, memaksakan diri jalan kaki sebanyak banyaknya setiap hari. itu sehat juga kan

Jadi yang tadinya cuma di permukaan doang kasusnya sekarang lebih dalam. Karena gue bikin konten di MRT, bikin konten tentang Pak ogah.

Jadi gue gak turun ke masyarakat di dapil, tapi bikin konten di lapangan. Jadi gue sangat terima kasih Gelora sudah ngasih kesempatan yang sangat berharga ini

Lalu, bagaimana strategi kampanye yang akan dipakai ke depan?

Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

Gue sekarang bikin gerbongnya dulu. Dari gue sering ngobrol sama orang-orang adalah yang paling penting punya gerbong dulu.

Katakanlah ada caleg dari Partai A sama-sama caleg baru, yang satu punya gerbong yang satu nggak. pasti akan lebih dihargai yang punya gerbong. Pasti dia lebih bisa gak nurut dengan partai lah kalau punya gerbong

Kalau nanti masuk partai gue gak mau jadi jongos partai. Harus siapkan gerbongnya dulu sih.

Bagaimana kalau nanti dikekang Partai?

Contohnya Ahok contohnya Anies. Ahok kan di Gerindra membangkang, Gerindra rugi gak kehilangan Ahok. Ahok kan orang hebat.

Anies meskipun dia gak ada partai tapi dia kan bareng sama Gerindra, akhirnya pecah juga toh. Jadilah orang yang dibutuhkan partai, bukan kita yang butuh partai.

Ada contohnya. Anies lumayan lah. Jadilah orang kaya Ahok yang partai butuh dia bukan kita butuh partai. kita kan butuh partai cuma buat kendaraan doang.

Gak tahu sih ya. Gue sih gak mau mengamalkan ideologi partai segila-gilanya gitu. yang gue amalkan ya ideologi gue saja. kalau partainya cocok ya Monggo, kalau nggak ya gausah.

Kalau lihat media sosial, Anda menuliskan kalimat 'Calon Wali Kota 2029' di bio, apa maksudnya?

Mantan Caleg Partai Gelora, Fariz Egia Gamal (IDN TImes/Aryodamar)

Iya itu mimpinya.

Tapi, di Jakarta kan Wali Kota dipilih Gubernur?

Di satelit. Bekasi, Depok, atau Tangsel kan bisa. Jadi kenapa gue bilang belum tentu nyaleg karena mimpi basahnya mau eksekutif. Wakil pun gak masalah, yang penting bukan caleg.
Itu mimpi basahnya

Karena kalau legislatif sebenarnya kan gak bisa apa-apa kalau sendirian.

Langkah terdekat buat ngejar target itu apa?

Gue lanjut kuliah dulu di Kajian Perkotaan di UI dan gue so far sangat suka bidang perhubungan, bidang perkotaan. Jadi isu yang gue bawa tuh isu nyata, itu kan isu gak jelas gak aplikatif buat hidup

Jadi isu gua ngomongin tukang parkir, kan itu kasus perhubungan tuh, parkir sembarang, termasuk masalah public transport segala macam. itu isu yang gue bawa.

Dan gue rasa daerah yang tertarik dengan isu adalah daerah Bekasi. karena daerah Bekasi itu kan commuter sejati kan. urban commuter yang LRT ada, KRL, BRT baru muncul, ntar ada MRT.

Jadi ke depan gue akan banyak ngonten tentang dunia perhubungan dalam perkotaan. gue akan Galang kekuatan dulu.

Gue akan bikin acara-acara community-community gitu lah yang akan gue gabung dengan bisnis gue

Siapa tokoh politik idola Anda?

Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dalam acara Debat Ketiga Capres yang diadakan oleh KPU di Istora Senayan pada Minggu (7/1/2024). (youtube.com/KPU RI)

Ahok Anies the best. Karena gue paling terpapar sama mereka, kan gue orang Jakarta nih.

Dulu di Kampung Melayu zaman gue SMP banjir sebadan. Kalau gue pulang sekolah berenang tuh karena banjirnya parah. datang lah Ahok yang kejam. Dia ngebebasin semua lahan di pinggir kali, digusur, dipindahin ke rusun. sampai sekarang ban motor gua pun gak pernah kelelep.

Kalau dia bukan Ahok gue gak yakin dia bisa ngegusur. Ahok ini kan gak populis, dia ngelakuin apa yang dia harus lakuin bukan yang dia butuhkan. Ahok the best lah.

Kalau Anies itu pinter, tapi dia lebih populis lah. Cuma pinter. Tapi Ahok soal teknis the best sih.

Kalau disuruh milih, gue milih Ahok. Tapi Anies juga gak buruk.

Anies juga panutan, cuma terlalu populis.

Ahok ini setiap dia ngomong, dia tahu nih cara orang mau nipu gimana. Kalau Ahok ngomongin birokrasi, ada orang mau nipu dia, dia tahu semua celahnya

Dia orang yang ngerti lapangan luar biasa. Cuma dia terlalu tempramen dan curigaan ke semua orang. mungkin dia tau cara nipu gimana, jadi dia begitu tapi dia the best. Anies juga gak buruk.

Lalu, Anda dukung siapa saat Pemilu Presiden kemarin?

Prabowo. Dari 2012 dukung Prabowo. Jadi pertama kali nyoblos dukung Prabowo.

Gue dukung Jokowi Ahok karena Prabowo, gue pilih Anies karena Prabowo.

Editorial Team

EditorAryodamar