Surabaya, IDN Times - Siang itu, matahari di langit Kota Surabaya tepat di atas kepala. Sesosok pria berompi hijau dengan sabar memantau pengendara yang melintas perlintasan kereta api tak berpintu di Jalan Gayung Kebonsari, Kec. Gayungan, Kota Surabaya.
Bermodalkan bendera merah seadanya, pria bernama Kesi (64) itu berdiri dengan jarak hanya selemparan batu dari rel. Hanya topi caping dan selembar kain yang diikatnya di leher sebagai penangkal sengatan matahari. Sesekali dia menenggak air mineral kemasan untuk sekadar menghilangkan dahaganya.
Mata dan telinganya cukup waspada. Saat dari kejauhan terdengar desis mesin kereta, dia akan segera merentangkan tangan, tanda larangan melintas bagi pengendara.