Mengenang Kisah Jenderal Hoegeng, Kapolri yang Dikenal Super Jujur

Jakarta, IDN Times - Jujur, berani, dan sederhana. Itulah karakter yang bisa mewakili sosok Kepala Kepolisian (Kapolri ke-5) 1968-1971 Hoegeng Iman Santoso, orang nomor satu di kepolisian masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru. Namun, nama besarnya di Kepolisian dikenal sebagai polisi yang jujur.
Kejujuran Jenderal Hoegeng begitu terkenal, hingga Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengabadikannya dalam sebuah guyonan yang legendaris:
"Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng."
Tak hanya di kepolisian, pria kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1921 ini juga pernah menjabat di jajaran kementerian. Pada 1965, Presiden Sukarno mempercayakan Hoegeng sebagai Menteri Iyuran Negara, atas usulan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Ia dianggap pantas menjadi menteri meski pun berasal dari kepolisian.
Sejak masa kuliah, Hoegeng juga dikenal cerdas. Ia bersama dua sahabatanya, Sayuti Melik dan dr Soebandrio mendapat tugas Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro, mempelajari Revolusi Sosial pada akhir 1945 di tiga daerah yakni Tegal, Brebes, dan Pemalang.
Tak hanya itu, semasa sekolah di Aglemeene Middelbare School (AMS) atau setara SMA di Yogyakarta, Hoegeng yang hobi bermusik pandai mencari uang jajan sebagai anggota band Hawaian di radio, restoran, hingga hotel.
1. Datang ke kantor lebih awal dari staf dan bawahannya
Berada di pucuk pimpinan Polri, tidak membuat Hoegeng lebih leha-leha dan duduk manis atau berangkat ke kantor kapan saja. Sejak diangkat sebagai Kapolri, dia selalu berangkat ke kantor lebih awal dari staf dan bawahannya.
Menjadi Kapolri membuat Hoegeng menjadi lebih 'insaf' dan bertanggung jawab mengemban tugas dan amanatnya. Dikutip dari buku autobiografi Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan (1994), Hoegeng sudah tiba di kantor Markas Besar Angkatan Kepolisian (Mabes Polri), Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Sebelum pukul 07.00. Biasanya saya lebih dulu masuk kantor dari kebanyakan staf dan bawahan saya," tulis Hoegeng dalam buku riwayatnya.
Setiap pagi, Hoegeng memilih jalan berbeda menuju ke kantor. Tujuannya selain untuk mendapat gambaran kehidupan berbeda yang makin hari semakin lengkap, juga sekaligus untuk inspeksi secara tidak langsung terkait dengan tugas kepolisian.
"Dengan demikian saya tahu kondisi jalan raya, kepadatan lalu lintas, tapi juga kesiagaan polisi lalu lintasnya. Dalam keadaan demikian, tak jarang lahir ide atau program-program praktis yang bisa diterapkan di lapangan.
Selain berangkat lebih awal, Hoegeng juga pulang lebih terlambat. Biasanya lewat dari pukul 14.00, ketika umumnya pejabat lain sudah meninggalkan kantor. Pada waktu tertentu, dia juga harus menghadiri sidang-sidang kabinet dan upacara-upacara kenegaraan.