Tak sedikit aparat hukum di Indonesia justru menjadi backing (pendukung/pelindung) tempat maksiat, perjudian, atau tindakan lain yang melawan hukum. Hanya sedikit yang berani membongkar praktik backing ini. Tapi Hoegeng bertindak sesuai tugas dan tanggung jawabnya sebagai polisi. Membongkar penyakit aparat hukum.
Singkatnya pada 1955, Kompol Hoegeng mendapat perintah pindah ke Polda Sumatera Utara. Tugas berat sudah menantinya mulai dari smokel atau penyelundupan, perjudian, hingga korupsi di sana. Ketiga tindak kejahatan itu sudah merajalela. Ini menjadi ujian bagi karier Hoegeng di kepolisian yang sudah dikenal jujur, berani, dan antikorupsi.
"Sebenarnya saya heran. Dan ada keinginan untuk menolak karena tiga hal. Pertama latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Latar belakang pekerjaan saya terakhir adalah di bidang DPKN, yang banyak berkenaan dengan tugas-tugas intelijen. Begitu pula kursus saya dalam study tour ke Amerika sebelumnya," kata Hoegeng.
Bandar judi menyuap polisi, tentara, hingga jaksa sudah biasa di Medan. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa disogok uang, mobil, perabot mewah, bahkan perempuan. Pada 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut. Hoegeng pindah dari Surabaya ke Medan.
Baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya. Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari pengusaha. Tapi dia menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia.
"Mobil dan rumah itu harap disimpan dulu. Nanti saya beritahu kapan saya memerlukannya. Pokoknya simpan saja dulu," ujar Hoegeng menjawab dengan halus kepada pengusaha keturunan Tiongkok yang disebut-sebut sebagai ketua panitia penyambutan selamat datang Hoegeng di Polda Sumut.
Beberapa bulan kemudian, saat rumah dinas di Jalan Rivai siap ditinggali, Hoegeng terkejut. Rumah dinasnya sudah penuh barang-barang perabot mewah. Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi.
Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Tapi Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumah dinasnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan itu juga tidak memindahkan barang-barang mewah tersebut.
Singkatnya, pria tersebut pun akhirnya ditangkap saat hendak akan bepergian ke Singapura, yang dilaporkan si perempuan muda sebelumnya. "Dalam hati, saya hanya bertekad akan berkerja sebaik-baiknya, saya ingat pesan almarhum ayah: Kita sudah kehilangan harta dan segala-galanya, Geng. Yang tinggal hanya nama baik. Itu saja yang perlu dipelihara," kenang Hoegeng pada nasihat sang ayah.