(Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar) Instagram.com/@siti.nurbayabakar
Pemerintah pun buka suara terkait tudingan banjir yang diakibatkan alih fungsi lahan, termasuk karena maraknya tambang batu bara. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, menepis informasi jika banjir di Kalsel akibat hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang menyempit.
"Ada simpang siur informasi, terlebih banyak data tidak valid yg sengaja dikeluarkan beberapa pihak. KLHK selaku pemegang mandat walidata pemantauan sumber daya hutan, menjelaskan, penyebab banjir Kalsel anomali cuaca dan bukan soal luas hutan di DAS Barito wilayah Kalsel,” cuit Siti Nurbaya di akun Twitter resminya @SitiNurbayaLHK, Rabu, 21 Januari 2021.
Dia pun mengklaim hulu DAS Barito di Kalimantan secara keseluruhan masih terjaga dengan baik, yakni seluas 6,2 juta hektare. Sementara itu, DAS Barito yang sebagian berada di wilayah Kalsel seluas 1,8 juta hektare.
Menurutnya, perhatian perlu diberikan pada daerah hulu DAS Barito, karena 94.5 persen dari total wilayah Hulu DAS Barito berada dalam kawasan hutan.
"Menggunakan data tahun 2019, sebesar 83,3 persen hulu DAS Barito bertutupan hutan alam dan sisanya 1,3 persen adalah hutan tanaman. Dalam hal ini hulu DAS Barito masih terjaga baik,” ujar politikus Partai NasDem ini.
Perempuan berusia 64 tahun itu juga menjelaskan, bagian dari DAS Barito yang berada di wilayah Kalsel hanya mencakup 40 persen kawasan hutan dan 60 persen lagi adalah Areal Penggunaan Lain (APL) atau bukan kawasan hutan.
Sementara itu, lanjut dia, kondisi DAS Barito di wilayah Kalsel tidak sama dengan DAS Barito Kalimantan secara keseluruhan. Sebab, DAS Barito di Kalsel berada di lahan untuk masyarakat atau APL, yang didominasi oleh pertanian lahan kering dan sawah serta kebun.
"Kejadian banjir pada DAS Barito di wilayah Kalsel tepatnya berada pada Daerah Tampung Air (DTA) Riam Kiwa, DTA Kurau, dan DTA Barabai karena curah hujan ekstrem, dan sangat mungkin terjadi dengan recurrent periode 50-100 tahun,” kata alumni IPB Bogor tersebut.
Siti pun menjelaskan lebih rinci, penyebab utama banjir di Kalsel akibat intensitas hujan yang sangat tinggi selama lima hari berturut-turut, yakni 9-13 Januari 2021. Dalam kurun waktu tersebut, kata dia, intensitas hujan sembilan kali lipat dari biasanya.
Hal itu dinilainya jadi penyebab debit air yang masuk ke DAS Barito jadi besar, yakni mencapai 2,08 miliar meter kubik, sementara daya tampung sungai hanya mencapai 238 juta meter kubik.
Tak hanya soal itu, Siti pun mengungkapkan faktor lain penyebab Banjir Kalsel. Dia mengatakan, terdapat perbedaan tinggi hulu-hilir sungai yang sangat signifikan, sehingga suplai air dari hulu dengan kekuatan besar menyebabkan air keluar DAS Barito yang menyebabkan banjir di 10 kabupaten/kota di Kalsel.
"Perlu juga diketahui, hasil analisis menunjukkan penurunan luas hutan alam DAS Barito di Kalsel selama periode 1990-2019 adalah sebesar 62,8 persen. Penurunan hutan terbesar terjadi pada periode 1990-2000 yaitu sebesar 55,5 persen," ujar dia.
Sejak dia ditunjuk sebagai Menteri LHK pada 2014, Siti mengklaim sudah melakukan rehabilitasi kawasan hutan secara besar-besaran, salah satunya dengan menanam pohon di areal lahan kritis.
"Upaya lain untuk pemulihan lingkungan dilakukan dengan memaksa kewajiban reklamasi atas izin-izin tambang. Tindakan tegas juga dilakukan bersama Pemda, terutama pada tambang yang tidak mengantongi izin,” kata Siti menegaskan.