Jakarta, IDN Times - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyentil sikap sejumlah menteri, yang tiba-tiba mendekati korban pelanggaran HAM pada 1998.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pada 25 April 2022 memberikan sebuah rumah layak huni bagi keluarga korban penembakan Trisakti Pahlawan Reformasi 1998. Bahkan, Erick memberikan keleluasaan bagi keluarga korban untuk memilih sendiri wilayah tempat rumah yang akan dibangun.
Sementara, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada 26 April 2022 menemui empat keluarga korban Tragedi 1998 di Universitas Trisakti. Airlangga yang didampingi Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, memberikan dana santunan kepada keluarga korban senilai Rp750 juta.
Menurut KontraS yang dilakukan kedua menteri itu tak lebih dari penggunaan isu dan korban pelanggaran HAM berat, demi mendulang konstituen menjelang tahun politik.
"Hal ini sudah berulang kali disaksikan oleh masyarakat Indonesia. Kami berharap tidak hanya janji manis dan pengaburan kebenaran yang kembali diterima oleh keluarga korban," ungkap Wakil Koordinator KontraS, Rivanlee Anandar, melalui keterangan tertulis, Kamis (12/5/2022).
Rivanlee mengatakan bentuk perhatian dan kepedulian kepada korban pelanggaran HAM dapat dilakukan setiap manusia, pada tingkat personal dan tanpa perlu memegang jabatan. Dia menyebut alih-alih memberikan santunan, pejabat publik seharusnya merumuskan kebijakan yang tepat dengan partisipasi aktif korban.
"Sehingga penggunaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) serta SDM (Sumber Daya Manusia) kementerian atau lembaga bisa dimaksimalkan. Maka pemulihan bagi korban dan keluarganya pun bisa menyeluruh," tutur dia.
Lalu, apa yang dituntut KontraS dari pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo terkait penuntasan penyelidikan tragedi penembakan di Trisakti?