Jakarta, IDN Times - Anggota komisi IX dari fraksi Partai Nasional Demokrat, Irma Suryano Chaniago mengusulkan agar organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dibubarkan. Sebab, menurut Irma, IDI tidak memberikan pembinaan kepada anggotanya. Mereka justru memecat dr. Terawan Agus Putranto yang dianggap telah menyelamatkan nyawa banyak orang melalui metode Digital Substraction Angogram (DSA) atau lebih dikenal terapi cuci otak.
Keputusan memberhentikan permanen Terawan dari keanggotaan IDI diumumkan di puncak muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh pada 25 Maret 2022 lalu. Konsekuensinya, Terawan terancam kehilangan izin praktik sebagai dokter. Sesuai dengan ketentuan di dalam UU nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, rekomendasi dari IDI menjadi salah satu pertimbangan dinas kesehatan mengeluarkan izin praktik.
"Saya lihat IDI gak ada ini membina kemampuan dan profesi anggota. Sudah jelas kok (terapi) cuci otaknya dokter Terawan berguna bagi pasien. Semua pasiennya mengatakan bahwa itu tidak memiliki efek samping. Justru (setelah ikut terapi) pasien merasa sehat dan menambah kecerdasan," ungkap Irma ketika berbicara di rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan IDI di gedung parlemen Senayan pada Senin, (4/4/2022).
Rapat pada hari ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang semula dijadwalkan pada 29 Maret 2022 lalu. Namun, IDI batal hadir.
Lebih lanjut, Irma juga menilai IDI tidak membantu anggota di dalam organisasinya lebih sejahtera. Sebagai bukti, mereka dianggap seenaknya memecat Terawan dari keanggotaan IDI.
"Kalau memang tujuan IDI seharusnya memberikan support dan perlindungan bagi anggota, ini ada 2.500 dokter muda yang tidak lulus uji kompetensi. Mereka bakal menganggur, terus apa yang bisa IDI untuk membantu mereka?" tanya Irma.
"Cariin jalan keluar enggak, malah dibiarkan begitu saja. Kemudian seenak-enaknya memecat kalau tidak setuju. Bubarkan saja IDI nya, orang cuma organisasi profesi kok!" katanya lagi tegas.
Lebih lanjut menurut Irma, sanksi pemecatan dari IDI tidak sepatutnya berlaku untuk Terawan. Mengapa bisa demikian?