KSAD Maruli: Saya Tak Akan Pertaruhkan TNI AD Demi Kepentingan Pemilu

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Maruli Simanjuntak, menegaskan bahwa semua prajurit TNI AD akan bersikap netral dalam Pemilu 2024. Dugaan prajurit TNI AD tidak netral lantaran sempat muncul baliho dari paslon tertentu dalam waktu singkat dan massif.
Diduga pemasangan baliho tersebut melibatkan aparat keamanan. Selain itu, Maruli juga memiliki relasi dekat dengan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
Ia pernah menjabat sebagai Komandan Paspampres pada periode 2018-2020. Maruli juga merupakan menantu dari Luhut Pandjaitan yang notabene orang dekat Jokowi.
Tetapi, Maruli menegaskan tidak akan mempertaruhkan reputasi dan nama baik institusi TNI AD demi kepentingan kelompok tertentu.
"Saya sudah menyampaikan bahwa kita tidak akan pernah mau gambling institusi yang luar biasa ini hanya untuk kepentingan kelompok," ujar Maruli di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat pada Jumat (1/12/2023) tanpa menjelaskan kelompok mana yang dimaksud.
Ia pun menambahkan bila ada pihak tertentu yang ingin mempengaruhi TNI AD, itu hanya sekelompok kecil orang.
"Jumlahnya sangat kecil dibandingkan keseluruhan personel TNI AD. Paling jumlahnya hanya sebatas jari. Kami akan merespons dengan cepat hal-hal yang menyangkut anggota yang tidak netral," kata dia.
1. Jenderal Maruli bakal bangun komunikasi dengan jajaran di TNI AD yang lebih senior
Lebih lanjut, Maruli bakal membangun komunikasi yang baik dengan para seniornya di TNI AD. Maruli merupakan arbituren Akmil 1992. Sedangkan, Wakil KSAD, Letjen Arif Rahman berada empat tahun di atasnya yakni arbituren Akademi Militer 1988. Inspektur Jenderal di TNI AD, Letjen Alfred Denny, juga merupakan arbituren Akmil 1988.
"Mengenai senioritas itu biasa karena kami juga mulai dari Dandim. Di sana ada senior. Yang penting jalinan komunikasi baik," tutur Maruli.
Ia pun mengakui bahwa tradisi senioritas di militer di Indonesia sangat kuat. Namun, menurutnya letak kekuatan TNI AD justru ada di situ.
"Jadi, bukan berarti senior tidak bisa diperintah. Itu tatanan yang sudah berjalan dan sudah sekian lama dikerjakan. Buktinya, ketika saya bertugas di Korem, Kodam, Kasdam hingga Kostrad, (relasinya) masih baik-baik saja," katanya.