IDN Times, Jakarta - Jarum jam baru menunjukkan pukul 06.00 WIB saat mobil kami melaju di jalan tanah berbatu. Jalanan yang lebarnya hanya cukup dilalui satu mobil ini masih basah, tersiram air hujan yang turun semalam. Kendati permukaannya tidak rata, berbatu, dan ada lubang di sana sini, namun jalan ini termasuk yang terbagus, yang kami temui usai menembus perkebunan sawit dan hutan Kalimantan.
Jalan ini menuju arah Desa Nanga Bayan, sebuah desa di Kabupaten Sintang, yang letaknya persis di perbatasan antara Kalimantan Barat, Indonesia dan Sarawak, Malaysia. Desa Nanga Bayan merupakan satu dari 14 desa di Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Sarawak. Penduduknya mayoritas suku Dayak Iban.
Nanga Bayan terletak di kawasan Bukit Kelingkang, bukit yang memisahkan antara Indonesia dan Malaysia. Karena itu, pantas disebut Nanga Bayan adalah beranda depan Indonesia, desa pertama yang harus dilalui jika ingin masuk ke Indonesia dari Sarawak, Malaysia.
Desa ini luasnya sekitar 20 hektare persegi, dan dihuni oleh 1.165 jiwa. Warga tersebar di 3 dusun yakni di Dusun Keburau, Dusun Lubuk Ara, dan Dusun Belubu. Kepala desanya bernama Runa, tinggal di Dusun Lubuk Ara yang menjadi pusat desa.
“Saya jadi kepala desa sejak 2016 dan menjadi kepala desa ke-4 di sini, desa kami berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia,” ujar Runa, 37 tahun, saat ditemui IDN Times, Jumat (12/7/2019).
Menurut Runa, sebagian besar warganya bekerja sebagai petani dan berkebun, dengan produk unggulan saat ini adalah lada atau merica.
Dari Kota Sintang, Desa Nanga Bayan bisa dijumpai setelah menempuh perjalanan lebih dari 9 jam. Dari awal perjalanan, kita sudah disuguhkan jalan tanah berwarna merah kekuningan, yang jika hujan turun akan berubah menjadi lumpur dan jika panas menjadi debu tebal.
Medan menuju Desa Nanga Bayan memang tidak mudah. Selain jaraknya yang sangat jauh dari Kota Sintang dengan jalan yang hampir sebagian besar berupa tanah, kita juga harus melewati perkebunan sawit dan hutan, dengan perjalanan yang terkadang naik dan kemudian turun menyeberangi sungai mengikuti alur bukit.
Banyaknya tantangan yang harus dihadapi, membuat perjalanan menuju Nanga Bayan hanya bisa dilalui oleh kendaraan jenis double cabin berpenggerak 4 roda seperti Ford Ranger, Mitsubishi Estrada, atau Toyota dengan jenis yang sama. Tentu dengan bahan bakar yang harus penuh sebelum memulai perjalanan.