Jemaah calon haji masih terlihat lengang di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Minggu (10/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Masjidil Haram adalah masjid tertua di dunia. Mengutip laman Kemenag, Selasa (13/5/2025), masjid bertiang 589 buah dari marmer ini lebih tua 40 tahun dari Masjid Al-Aqsa di Yerussalem. Pembangunan masjid ini untuk pertama kalinya dibangun Nabi Ibrahim Alaihissalam bersama putranya Ismail Alaihissalam.
Hingga kini, pembangunan Masjidil Haram terus berlangsung dari tahun ke tahun. Pelataran Haram terus diperluas, hingga sekitar 1.000 gedung di sekitar masjid dibongkar demi pelayanan jemaah haji maupun umrah setiap saat. Pembangunan, penyempurnaan, dan perluasan Masjidil Haram adalah bagian dari sejarah dalam perjalanannya dari masa ke masa.
Berdasarkan Ensiklopedia Haji dan Umrah, Abdul Halim, Raja Grafindo Persada 2002, pada awalnya, masjid yang memiliki 152 buah kubah ini sangat sederhana bentuknya. Bangunannya terdiri dari kabah yang terletak di tengah-tengahnya, kemudian ada sumur zamzam dan makam ibrahim di sampingnya. Ketiga bangunan tersebut berada di tempat terbuka.
Pada masa awal perkembangan Islam sampai pada masa pemerintahan khalifah pertama Abu Bakar As-shiddiq (543 M), bentuk bangunan Masjidil Haram masih sederhana. Belum ada dindingnya sama sekali. Pada 644 M, khalifah kedua Umar bin Khattab mulai membuat dinding masjid. Tetapi dindingnya masih rendah, tidak sampai setinggi badan.
Umar juga membeli tanah di sekitar Masjidil Haram untuk memperluas bangunan masjid, guna menampung jemaah yang semakin hari terus bertambah. Bangunan Masjidil Haram senantiasa selalu diperluas dan diperindah dengan semakin banyaknya umat Islam yang berkunjung ke Baitullah dari masa ke masa.
Khalifah Utsman bin Affan juga memperluas bangunan masjid tersebut pada masa pemerintahannya. Kemudian, Abdullah Ibn al-Zubair (692 M) memasang atap di atas dinding yang telah dibangun.
Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (714 M) yang pernah berkuasa di Mekkah juga pernah melakukan penyempurnaan bangunan Masjidil Haram. Demikian pula pada masa Khalifah al-Mahdi--Khalifah Bani Abbasiyah yang berkuasa pada 885 M, dibuat deretan tiang-tiang yang mengelilingi kabah yang ditutup dengan atap. Dibangun pula beberapa menara.
Pada pemerintahan Sultan Salim, II dari Kekhalifahan Turki Utsmani yang dilanjutkan putranya, Sultan Murad III, dilakukan beberapa kali perbaikan dan perluasan bangunan Masjidil Haram. Pada masa ini juga dibuat atap-atap kecil berbentuk kerucut.
Bentuk dasar bangunan Masjidil Haram hasil renovasi Dinasti Utsmani inilah yang dapat dilihat sekarang ini. Pada masa apemerintahan kerajaan Saudi Arabia yang bertindak sebagai Khadim al-Haramain (pelayan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), juga dilakukan perbaikan, penyempurnaan, dan perluasan Masjidil Haram.
Tempat sai yang sebelumnya berada di luar masjid, kini masuk dalam masjid dan dilengkapi jalur-jalur sai yang dilengkapi atap yang teduh.
Karena itu, puluhan crane selalu berdiri menjulang di atas kabah dari tahun ke tahun. Hanya musim haji tahun ini, kabah tanpa crane. Kendati, masih ada pekerja yang lalu lalang di sekitar Masjidil Haram.
Bahkan, dalam sejarahnya, pernah ada tragedi ambruknya crane pada Jumat, 11 September 2015. Peristiwa ini menelan 107 jiwa dan mencederai 238 orang, di antaranya 12 warga negara Indonesia (WNI/jemaah) meninggal dan 49 luka-luka.