Kementan menjalankan program embung untuk Kelompok Tani Sri Rejeki Babatan di Desa Mantup, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. (Dok. Kementan)
Ardi menambahkan, Kegiatan Adaptasi difokuskan pada aplikasi teknologi adaptif seperti penyesuaian pola tanam, teknologi pengelolaan lahan, pupuk, air dan lain-lain. Sedangkan Kegiatan Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, yang terdiri dari antisipasi (sebelum bencana), saat bencana (tanggap darurat), dan pasca bencana.
Adapun Kegiatan Adaptasi dan Mitigasi dilakukan melalui kegiatan demplot kebun adaptasi & mitigasi DPI dalam bentuk pembangunan embung, lubang biopori, rorak dan ternak kambing dan pembentukan desa organik berbasis komoditi perkebunan.
“Dalam penanganan dampak La Nina, diperlukan koordinasi secara berlanjut dan berkesinambungan antara berbagai pihak terkait seperti BMKG, Kementerian Pertanian, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga pelaksana lapangan yang berada di daerah. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi pemetaan daerah rawan bencana dan penanganannya secara berkesinambungan,” ujarnya.
Ia pun berharap dengan diterapkannya strategi penanganan ini, dapat membantu pekebun dalam menghadapi fenomena La Nina, dan ketersediaan stok komoditas perkebunan pun bisa aman, bermutu baik dan tetap memiliki nilai daya saing. (WEB)