Jakarta, IDN Times - Inisiator LaporCovid19 Irma Hidayana meragukan niat baik perusahaan swasta, yang ingin memberikan vaksin COVID-19 kepada para pegawai atau buruh pekerja dan keluarganya secara cuma-cuma. Keraguan itu didasarkan pada pengalaman sejumlah buruh yang harus menanggung sendiri biaya tes swab PCR.
"Kalau mendengar keluh kesah serikat buruh, bila mereka dinyatakan positif (COVID-19) dan mau menjalani karantina, bila tidak masuk (bekerja), maka gajinya akan dipotong," ujar Irma ketika berbicara dalam diskusi mengenai penolakan vaksin mandiri yang tayang di YouTube CISDI TV, Senin (22/2/2021).
"Sedangkan, untuk tes (COVID-19), memang ada sebagian buruh yang diberi bantuan keuangan (oleh perusahaan), tetapi bulan depan gaji mereka dipotong," kata dia, melanjutkan.
Berdasarkan pengalaman itu, Irma mengaku, tak yakin perusahaan akan bersedia memberikan vaksin COVID-19 secara cuma-cuma kepada pegawai, buruh dan keluarganya. Sebab, biaya tes virus corona pun harus dibiayai menggunakan gaji para pekerja.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan agar pekerja dan buruh mendapatkan vaksin COVID-19 yang berkualitas. Jangan sampai, kata Irma, ada yang memperoleh vaksin virus corona palsu.
Sementara, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Rosan P Roeslani memperkirakan vaksin mandiri akan direalisasikan pada Maret 2021. Artinya, vaksinasi mandiri terjadi bersamaan dengan program pemerintah yang sedang memvaksinasi kelompok lansia dan pelayan publik.
Apakah mempercepat vaksinasi bisa memulihkan roda perekonomian Indonesia?