Menurut Sui, pelanggan atau pembelinya rata-rata mencari ayam dengan bobot 4,7-5,5 ons per ekor. Permintaan bisa mencapai 40 ekor per hari dengan pengiriman mulai dari Kota Lombok sampai ke Bali. Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp30 ribu-Rp50 ribu per ekor dengan spesifikasi ayam kampung utuh yang sudah dipanggang. Acap kali tawaran dari pengusaha restoran berdatangan dengan jumlah order dan harga yang cukup menggiurkan. Namun, ia mengaku ingin tetap realistis menyesuaikan kondisi stok ayam kampung yang dimilikinya.
“Saya memanfaatkan media online untuk memasarkan ayam panggang, omzet penjualan tertinggi sampai dengan Rp10 juta per hari,” ujar Sui yang merupakan entrepreneur milenial dari Lombok Tengah ini.
Hidup dan berwirausaha di kampung halaman bagi Sui tentu memberi sensasi tersendiri karena di samping bisa membuka lapangan kerja bagi warga desa sekitarnya, ia juga mengaku bisa memerankan diri dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, di antaranya turut mengajari anak-anak mengaji setiap malam di masjid dekat rumahnya. Keberhasilan Sui merupakan sederet keberhasilan generasi milenial yang sukses di dunia pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia.
“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus entrepreneur di bidang pertanian," pungkas Dedi.