Jakarta, IDN Times - Memasuki Agustus dan September 2020, muncul kasus baru COVID-19 dengan banyaknya klaster keluarga dan perkantoran hingga pabrik. Pemerintah juga sudah membolehkan masyarakat bekerja di kantor dan membuka tempat wisata meski dengan pembatasan protokol kesehatan yang ketat.
Pada masa transisi menuju adaptasi baru ini juga muncul klaster-klaster baru, yakni Pilkada Serentak 2020. Karena pada 2-4 September, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar pendaftaran bakal pasangan calon baik melalui jalur perseorangan maupun melalui partai politik.
Tak hanya bakal pasangan calon yang terpapar virus corona, petugas penyelenggara pemilu seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di lapangan juga terpapar virus mematikan itu. Bahkan, bakal pasangan calon kepala daerah ramai-ramai mendaftar ke kantor KPU dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Silent hypoxemia atau yang lebih dikenal happy hypoxia juga belakangan kembali ramai, meski gejala ini sudah lama diungkapkan para ahli pada awal pandemik. Happy hypoxia bisa membuat pasien COVID-19 meninggal dunia tanpa gejala. Mereka tiba-tiba sesak napas berat hingga akhirnya meninggal dunia, akibat mengalami penurunan kadar oksigen di tubuhnya.
Sementara, lebih dari seratusan dokter yang menangani kasus COVID-19 dilaporkan meninggal dunia akibat virus corona. Para tenaga kesehatan atau nakes yang sudah berjuang di bagian terdepan melawan pandemik selama enam bulan ini, juga mengalami krisis kesehatan.
Studi terbaru yang dilakukan Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan, para petugas medis mengalami tingkat stres yang tinggi hingga berdampak pada kualitas hidup mereka. Istilah lain mereka mengalami burnout syndrome atau keletihan mental.
Berikut linimasa perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia dari hari ke hari.