Ilustrasi jemaah haji. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Meski tak dianjurkan pelaksanaannya oleh Pemerintah RI, sejumlah calon haji (calhaj) Indonesia tetap memilih untuk menunaikan haji tarwiyah.
Fadli (43), seorang calhaj asal Embarkasi Batam (BTH 22) mengatakan, dia untuk kedua kalinya menunaikan ibadah haji dan pada haji kedua ini memilih untuk menunaikan haji tarwiyah yakni dengan mengunjungi Mina terlebih dahulu sebelum wukuf di Arafah.
“Kita ingin jalankan sunnah sesuai Rasulullah. Karena Rasulullah mulai tanggal 8 (Dzulhijah),” kata Fadli di Kota Mekkah, seperti dikutip Antara, Rabu (31/7).
Dari kloternya, kata dia, ada enam orang yang turut serta menunaikan haji tarwiyah bersama dengan kloter lainnya.
Fadli yang merupakan haji mandiri (tidak tergabung dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) menyadari bahwa haji tarwiyah tidak difasilitasi pemerintah.
“Kita daftar mulai per kloter, nanti gabung dari kloter-kloter lain, nanti ada yang daftarin ke sektor, ada KBIH yang ngurusin. Jadi dari kloter, kemudian sektor, terus ke Kadaker. Harus tanda tangan semua. Total ada 130 orang. Ini yang dekat-dekat di sektor sini-sini aja,” katanya.
Ia mengaku sejak dari tempat asalnya sudah berencana melaksanakan haji tarwiyah dan menyatakan siap menanggung segala risiko yang mungkin dihadapi.
“Kita memahami pemerintah enggak memfasilitasi tarwiyah, wajar, karena ada yang pakai kursi roda, jalan saja sulit, kalau ditambahi satu lagi di Mina repot juga,” katanya.
Fadli menambahkan beberapa rekannya yang juga ikut haji tarwiyah berusia antara 30-50 tahun dengan kemampuan fisik yang masih sangat baik.
Menurut Fadli, jamaah sudah memahami ada imbauan khusus untuk tidak mengikuti haji tarwiyah karena tidak ada fasilitas transportasi yang disediakan.
“Transportasi kita siapkan sendiri, keluar biaya sendiri dan risiko tanggung sendiri. Insya Allah siap. Kumpul ke maktab masing-masing, satu hari saja sebenarnya di Mina. Tanggal 8 ke mina, 9 ke Arafah, yang regulerkan langsung ke Arafah, 9 kita ke Arafah kumpul sama teman-teman, naik bus itu nganter dari Mina ke Arafah, dari Arafah mulai ikut rombongan lagi,” katanya.
Alasan Fadli yang lain untuk mengikuti haji tarwiyah karena ia ingin tahu perbedaannya dengan haji reguler.
“Saya ingin tahu bedanya dengan reguler seperti apa, karena dulu saya enggak ikut tarwiyah,” katanya.
Rekannya sekloter, Azwar (45) juga memilih haji tarwiyah padahal ini merupakan pengalaman pertamanya berhaji.
“Kita yang masih kuat-kuat nih, sayang sudah lama menunggu,” katanya.