Jemaah haji Indonesia melaksanakan lempar Jumrah sebelum meninggalkan Mina dan segera bergerak ke Kota Makkah, Minggu(8/6/2025). (IDN Times/Yogi Pasha
Mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag), lempar jumrah sebenarnya bisa dijamak takhir, sehingga lebih efisien, karena memang kondisi suhu panas ektrem tengah melanda Arab Saudi.
Demi menjaga keselamatan jemaah haji (hifzan-nafs) serta sejalan dengan mazhab Syafii dan Hambali, jemaah diimbau agar melaksanakan lontar jumrah hari Tasyriq dilakukan dengan cara dijamak takhir.
Bagi jemaah Nafar Awal, mengakhirkan lontaran tanggal 11 pada 12 Zulhijah. Sedangkan, bagi jemaah yang melakukan Nafar Tsani mengakhirkan lontaran jumrah pada 11 dan 12 pada 13 Zulhijah.
Caranya, jemaah Nafar Awal melontar pada masing-masing jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah sebanyak 14 kali (7 kali lontaran diniatkan untuk tanggal 11 dan 7 kali lontaran untuk tanggap 12.
Sementara, bagi jemaah Nafar Tsani melontar pada masing-masing jumrah Ula, Wushta, dan Aqabah sebanyak 21 kali (7 lontaran diniatkan untuk tanggal 11, dan 7 kali untuk tanggal 12 serta 7 kali untuk tanggal 13.
Sebagai informasi, selama di Mina, jemaah haji melaksanakan lempar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijah, serta lempar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada Hari Tasyriq (11, 12 dann 13 Zulhijah).
Jemaah haji lansia dengan kondisi lemah atau sakit diimbau mewakilkan lempar jumrahnya kepada jemaah lain, karena hukum mewakilkan (badalkan) lempar jumrah kepada jemaah lain hukumnya sah.
Cara membadalkan lontar jumrah, pertama, melontar setiap jumrah untuk diri sendiri, kemudian untuk yang diwakili pada tempat yang sama (Ula, Wustha, Aqabah). Kedua, melontar untuk dirinya pada ketiga jumrah, lalu kembali dan melampar pada ketiga jumrah untuk yang diwakili.