Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Ary Fernandez ketika memberikan keterangan pers terkait putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Jumat, (3/3/2023). (Tangkapan layar YouTube)
Sementara, peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez, mengatakan masih bergulirnya isu penundaan pemilu justru berdampak buruk ke dunia usaha dan perbankan. Sebab, mereka membutuhkan kepastian dan stabilitas politik untuk merancang strategi investasi ke depan.
"Bayangkan bila pemilunya gak pasti, dunia usaha, investor, dan perbankan akan sulit merancang strategi investasi ke depan. Apalagi dunia usaha membutuhkan stabilitas politik," ungkap Arya dalam media briefing seperti dikutip dari YouTube CSIS, Jumat (3/3/2023).
Di sisi lain, putusan pengadilan yang meminta agar pemilu ditunda dapat berakibat pada instabilitas politik. Bila situasi politik di Tanah Air tidak stabil, maka berpotensi mengganggu iklim investasi.
Arya menambahkan dengan adanya keteraturan waktu pemilu tiap lima tahun di Tanah Air juga membantu dunia usaha, untuk memprediksi berbagai kemungkinan politik ke depan. Arya memberikan contoh misalnya soal pemerintahan baru yang terbentuk pasca-pemilu.
Ia juga menyebut dengan adanya jadwal pemilu yang teratur, maka memberikan peluang dan kesempatan yang adil bagi para partai politik peserta pemilu. "Kompetisi yang fair dan adil bagi capres yang bakal berlaga. Kenapa ini penting, karena kalau pemilu tidak pasti bakal terjadi perpanjangan masa jabatan baik di level eksekutif, legislatif, ini tentu tidak menguntungkan bagi partai-partai baru atau parpol kecil," tutur dia.
Lebih lanjut, perpanjangan masa jabatan juga bakal merugikan bagi parpol yang berada di luar pemerintahan. Karena mereka tidak bisa mengakses ke program-program pemerintah.