(IDN Times/Panji Galih Aksoro)
Sebelum melanjutkan pertanyaannya, Vanny dengan gaya stand-upnya mengajak audiens panggung Hijrah lebih cair.
“Tadi ngajinya adem banget ya, kayak ubin masjid,” ujar dia.
Vanny melanjutkan pertanyaannya, sejak kapan Muzammil berinisiatif menggunakan media sosial sebagai sarana berdakwah?
Muzammil menjawab dengan membuka data Badan Pusat Statistik 2013, yang menyatakan 54 persen orang Islam di Indonesia buta huruf Alquran.
“Terus ini tugas siapa? Gimana kita mau ngamalin Alquran? Gimana generasi muda bisa istqamah? Kita bisa bangkit dengan peradaban Islam kalau generasinya aja jauh dari Alquran, gak bisa baca, boro-boro ngamalin,” ujar dia.
Muzammil mulai berdakwah dengan mengajak pemuda mencintai Alquran. Meski bukan berlatar belakang sebagai ustaz, dia percaya dengan kemampuan yang ia miliki sebagai tahfiz Alquran, cukup untuk berdakwah.
“Saya ini secara profesi memang arsitek, bukan ustaz, apalagi ulama. Secara background gelar saya bukan lulusan Timur Tengah dengan gelar Lc, MA, tapi ST mudah-mudahan bukan sok tahu, ya,” gurau Muzammil, disambut tawa hadirin.
Muzammil merasa beruntung sejak kecil sudah belajar Alquran, meski setelah dewasa bukan sebagai pemuda yang Qurani. Bahkan, dia mengakui bacaan Alqurannya belum fasih, atau memiliki suara paling merdu.
"Secara prestasi saya bukan pembaca Alquran internasional, tapi saya berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki,” ucap dia, merendah.
Saat memulai berdakwah di media sosial, Muzammil sempat heran dengan respons warganet, yang justru nyinyir dengan komentar-komentar yang kurang baik.
“‘Rahasiakanlah amalmu sebagaimana kamu merahasiakan aibmu. Ada aja, tapi itu jadi reminder buat kita, karena setan itu sangat halus bermain dengan hati manusia. Jadi satu sisi kita harus berhati-hati untuk menjaga niat, satu sisi syiar ini gak boleh berhenti,” kata dia.
Kendati, sikap warganet tersebut tidak lantas menyurutkan dakwah Muzammil, untuk mendekatkan anak muda dengan Alquran. Ia bertekad membuat konten semaksimal mungkin, untuk mengimbangi konten negatif di media sosial.
“Kalau kita tidak menghadirkan konten yang bermanfaat yang positif, maka konten yang negatif yang akan terangkat, trending, dan viral. Maka dari sedikit kemampuan yang saya lakukan, kemampuan saya membaca Alquran, meskipun bukan yang terbaik, asalkan niat yang lurus,” kata dia.