Kerabat memakai alat pelindung diri (APD) saat menghadiri pemakaman seorang pria, yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (COVID-19), di sebuah krematorium di New Delhi, India, Rabu (21/4/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi
Salah satu negara Asia yang mengalami lonjakan kasus COVID-19 terparah adalah India. Negara ini kini memiliki jumlah kasus yang hampir menyamai Amerika Serikat, negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia. Menurut Worldometers, pagi ini AS memiliki 34.708.381 kasus, sementara India yang ada di urutan kedua memiliki 30.791.262 kasus COVID-19.
Namun, Retno mengatakan, masalah India ini bukan hanya menjadi masalah negara yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi tersebut, tapi juga masalah bersama bagi dunia. Apalagi India merupakan negara yang biasa diandalkan oleh banyak negara sebagai pemasok obat-obatan .
Selain itu, India juga merupakan pemasok vaksin utama dunia. Oleh karenanya, situasi yang kacau di India bisa berimbas ke pasokan vaksin banyak negara, termasuk Indonesia, juga ke COVAX Facility, aliansi yang bertugas memastikan akses vaksin yang adil ke semua negara.
“Walaupun sekarang (kasus COVID-19) India sudah turun, tetapi di bulan-bulan kalau tidak salah Maret, April, Mei, mereka mengalami kenaikan yang sangat eksponensial penyebaran virus ini,” kata Retno.
“Kita tahu bahwa India sering dijuluki sebagai pusat farmasi dunia. Banyak sekali negara, termasuk bukan negara juga tapi COVAX Facility itu memesan pembuatan vaksinnya dari India, yang artinya dengan kasus eksponensial mengharuskan India untuk menghentikan ekspor vaksin dan obat-obatannya, yang berarti supply chain vaksin dan obat-obatan menjadi terganggu. Seluruh dunia menjadi terganggu semua, termasuk untuk COVAX Facility,” jelas Retno lagi.