Masjid Ditutup, Mal Dibuka: Tanda Kemajuan Umat Islam Lawan COVID-19

Jakarta, IDN Times- Pemerintah tengah menggalakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menurunkan kurva penyebaran virus corona atau COVID-19. Salah satu kebijakan turunan dari PSBB, sebagaimana diserukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama, adalah imbauan untuk tidak menggelar salat tarawih dan kegiatan keagamaan lainnya di masjid selama Ramadan.
Sayangnya, masih banyak umat Islam yang tidak mendukung seruan tersebut. Sebagian menolak takut terhadap virus corona dengan alasan karena seharusnya yang ditakuti adalah Allah, karena itu tidak seharusnya masjid ditutup. Sebagian lagi menolak dengan alasan, karena kalau keramaian adalah pusat penyebaran virus corona, mengapa pasar atau mal tidak ditutup sekalian.
1. Penutupan masjid adalah bukti solidaritas umat Islam di tengah wabah COVID-19
Pendakwah millennial, Husein Ja’far Al Hadar, justru mengatakan bahwa penutupan masjid adalah bukti solidaritas umat Islam terhadap kemanusiaan. Lebih lanjut, ini merupakan cerminan umat Islam yang progresif.
“Justru itu (penutupan masjid) adalah prestasi bagi umat Islam, itu menunjukkan umat Islam berorientasi terhadap kemanusiaan, sehingga paling patuh dengan anjuran kemanusiaan itu,” kata dia kepada IDN Times, Selasa (28/4).
2. Mal dan pasar beroperasi bukan tanggung jawab umat
Adapun pasar dan mal yang tetap dibuka, menurut Husein, itu bukan tanggung jawab umat Islam. Ketika masjid tetap dibuka, justru hal itu menjadi masalah karena tidak sepatutnya beragama berarti menjerumuskan diri kepada penyakit.
“Kalau pasar masih dibuka, itu urusan orang pasar, bukan urusan orang beragama. Jadi jangan iri kepada pasar, mal, bahkan tempat maksiat yang masih dibuka. Kalau tempat ibadah kita masih dibuka, maka kita buruk. Agama itu turun untuk menghilangkan rasa iri di dada kita, kok ini semakin beragama malah semakin iri dengan orang lain,” sambung mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
3. Beragama dan beribadah bisa di mana saja, termasuk di pasar
Apabila kekhawatiran umat Islam adalah tidak ada ruang beribadah karena masjid ditutup, Husein sempat menceritakan tentang ungkapan Ali bin Abi Thalib bahwa pasar merupakan tempat beribadah.
“Sayyidina Ali pernah mengatakan, di zaman dia, pasar itu sudah seperti masjid. Kenapa? Karena di dalamnya ada transaksi yang halal, ada upaya saling membantu, tidak saling menjegal, transaksinya adil. Kegiatannya ibadah semua itu kata Sayyidina Ali,” tutup dia.