"Di zaman digital dan media sosial, serta referensi yang diakses dengan mudah menjadi perbedaan paling besar dibanding masa Rohana Kudus. Dan tantangan saat ini adalah bagaimana tetap melahirkan karya jurnalistik yang bermutu di tengah gempuran informasi dari berbagai media sosial,” kata Rosianna Silalahi, direktur pemberitaan Kompas TV
Menurut Rosi, di tengah keterbatasannya memperoleh pendidikan sebagai perempuan di desa kecil di Sumbar, Rohana Kudus masih berpikir untuk berbagi ilmu pengetahuan kepada yang lain, khususnya perempuan. Kesamaan tantangan perempuan jadi wartawan di era Rohana Kudus dan zaman Now adalah sama-sama masih dipandang remeh.
“Media masih banyak menjadikan perempuan sebagai komoditi, sehingga perempuan yang bekerja di media ini harus bekerja ekstra keras untuk menyadarkan medianya agar berperspektif perempuan,” kata Khairiah Lubis, pendiri Forum Jurnalis Perempuan Indonesia.
Khairiah yang berkerja di DAAI TV dan tinggal di Medan ini mengingatkan, bahwa di era Rohana Kudus, fasilitas kerja terbatas. Internet belum ada. “Tapi perempuan sudah menulis untuk mencerahkan masa depan perempuan lain,” ujar dia.
Amanda Komaling, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia wilayah Sulawesi Utara mengatakan, Rohana mendirikan perusahan media dari hasil usaha sebagai wirausahawati untuk menghidupi biaya operasional perusahaan. Bukan sebaliknya, mendirikan perusahan media lalu dipakai untuk berbisnis.
Di mata Amanda yang bekerja di stasiun televise Metro TV, Rohana merupakan tonggak perempuan yang harus terus berjuang dan multi tasking, namun tetap berkiblat pada kodrat sebagai perempuan.
“Perjuangan jurnalis perempuan juga dibutuhkan di rapat-rapat redaksi karena isu mengenai perempuan dan anak kadang dianggap tidak terlalu menarik. Ketika bekerja di lapangan (meliput), jurnalis perempuan harus mampu bekerja setara dengan kelompok jurnalis pria,” kata Amanda yang tinggal dan bekerja di Manado.
Petty S. Fatimah, Pemimpin Redaksi Majalah Femina mengingatkan tantangan jurnalis perempuan saat ini. "Di masa mana pun, jurnalis perempuan yang ingin pekerjaannya impactful dan dicatat zaman, perlu cerdas, bergaul luas, update dengan zamannya (untuk saat ini kuasai teknologi) dan tidak merasa 'ah saya kan cuma perempuan (wartawan),” ujar Petty yang juga Pemimpin Komunitas Femina.
Rohana Kudus membuktikan itu “Pers perjuangan butuh keberanian, kecerdasan dan kecerdikan. Amunisi yang sama untuk wartawan zaman Now. Jangan lupa bersenang-senang, karena dari situ kreativitas luar biasa akan muncul,” kata Petty.