Oleh Dyah A. Pitaloka dan Yetta Tondang
YOGYAKARTA, Indonesia —Air mata Yohanes Danang Jaya nyaris tumpah ketika ia mengingat serangan brutal yang terjadi di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman Yogyakarta Minggu 11 Februari 2018. Empat jemaat dan seorang polisi menjadi korban sabetan pria berpedang pada misa Minggu pagi itu. Satu di antaranya adalah Budijono, jamaah yang terluka ketika melindungi anaknya yang berusia balita di halaman gereja.
Yohanes tak mampu membayangkan tragedi yang akan menimpa cucunya jika ia berada di gereja pagi itu, di tempat yang sama dengan Budijono, tempat favorit ia dan cucunya ketika mengikuti misa.
“Hari itu saya ikut misa pada Sabtu malam. Cucu saya yang biasanya ikut sekolah minggu sehabis misa juga ikut misa pada Sabtu malam, karena saya ada kegiatan lain pada Minggu pagi," kata Yohanes Senin 13 Februari 2018. Siang itu dia sibuk memasang kertas dinding di bagian mimbar gereja.
Ratusan relawan lain sibuk membersihkan lantai gereja, mengecat dinding dan merapikan baris kursi di dalam gereja itu. Dua patung Yesus dan Maria di kiri dan kanan altar berdiri tegak. Bagian wajah dan kepala patung rusak ditebas pedang pelaku pada serangan di hari Minggu.
“Relawan ini datang dari berbagai kelompok dan tidak membedakan agama. Tadi saya juga mendapat kabar jika banser dan pemuda Muhammadiyah akan datang ikut membantu membersihkan gereja. Kami sengaja memasang kertas dinding dan mengecat gereja agar umat tidak trauma dan mendapat suasana baru jika ibadah nanti,” lanjut kakek berusia 60 tahun itu.
Gereja juga membentuk tim penanggulangan trauma paska serangan brutal Minggu pagi. Ada banyak anak-anak di antara 200 jemaat yang ada di dalam misa itu. Dia berharap gereja bisa kembali melakukan misa pada Sabtu minggu ini. “Misa Rabu Abu belum bisa dilaksanakan di gereja, jadi kami beribadah di wilayah masing-masing,” tuturnya. Misa Rabu Abu menjadi penanda hari Paskah hampir tiba.