Bangunan lain yang menjadi saksi bisu keberadaan keturunan Yahudi adalah gedung perkumpulan Freemason. Pengikut Yahudi, termasuk yang berdarah Jerman dan Belanda, pernah menjadi anggota organisasi ini. Di Surabaya, mereka mendirikan sebuah markas di Jalan Tunjungan dengan nama Loge De Vriendschap atau yang berarti Loji Persahabatan. Komunitas ini mengalami masa kejayaan pada 1800-an.
Tempat tersebut memang kemudian mendapatkan status Bangunan Cagar Budaya dari Wali Kota Surabaya pada 1996. Sayangnya, ketika kami mendatanginya, gedung yang sebenarnya masih terasa kesan magisnya itu justru terlihat sangat tidak terurus. Selain dipenuhi ilalang liar di sisi kanan kirinya, pelatarannya juga dipakai tempat parkir biasa.
Di bagian gapura ada tulisan yang menyebutkan tanah tersebut milik Perkumpulan Loka Pamitran yang merupakan nama lain Loge De Vriendschap. Bagian depan bangunan sudah difungsikan untuk arsip Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Kami pun bertanya kepada Rahman, penjaga bagian lain dari gedung tersebut. Ia dekat dengan Eddy Samson yang disebut sebagai satu-satunya orang yang memegang kunci ke dalam area Loji Pamitran. Rahman mengaku pernah masuk ke dalam ruangan bawah tanah bersama Eddy.
"Di bawah itu besar [ukurannya]. Ada lukisan-lukisan, keramik. Lalu, ada terowongan besar yang salah satunya mengarah ke Hotel Majapahit. Ada yang ke Sogo Tunjungan Plaza. Dulu kan daerah sana itu sungai," kata Rahman.
Rahman juga mengaku masih sering ada tamu dari Belanda yang datang berkunjung dan masuk ke bawah tanah. "Syaratnya ya sudah dijadwalkan sama Pak Eddy," tambahnya. "Nanti kalau sama Pak Eddy, dia bawa buku besar, akan ditunjukkin foto tahun berapa, pintu apa buat apa."