Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian (dok. Kemendagri)
Lebih lanjut, Tito menilai, belanja anggaran Papua Pegunungan jadi yang paling memprihatinkan ketimbang provinsi DOB Papua lainnya. Bahkan di daerah terjadi defisit anggaran.
"Kemudian Papua Pegunungan, ini yang memprihatinkan kita, karena pendapatan nya yang mengandalkan pusat baru terserap 14 persen di Juni, belanjanya sudah 20 persen artinya terjadi defisit di Papua Pegunungan," kata Tito.
Tito mengatakan, permasalahan yang terjadi ialah karena kompetensi Pemprov Papua Pegunungan yang masih belum memenuhi syarat salur anggaran dari pusat.
"Ini dampaknya yang kita harus lakukan, Papua Pegunungan ini kami melihat persoalannya kembali ke masalah syarat salur, karena Kemenkeu menetapkan persyaratan untuk menyalurkan. Ini kami lihat ada permasalahan kompetensi dari Pemprov Papua Pegunungan yang tidak memenuhi syarat salur yang disyaratkan Kemenkeu, sehingga Kemenkeu tidak menyalurkan karena syarat salurnya tidak terpenuhi," ucap dia.
Sementara belanja anggaran yang dilakukan Papua Selatan juga perlu ditingkatkan, karena baru masih mentok di angka 18 persen.