Jakarta, IDN Times - Misi evakuasi 26 WNI dari Kabul, Afghanistan menyimpan cerita menegangkan. Evakuasi WNI dari Kabul yang kini dikuasai Taliban, berjalan sukses lantaran disokong oleh TNI Angkatan Udara.
Semula misi evakuasi WNI dari Afghanistan menggunakan pesawat komersial sipil. Namun di menit-menit terakhir, Kementerian Luar Negeri memutuskan menggunakan pesawat militer untuk proses evakuasi. Alasannya, Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul melarang pesawat sipil mendarat.
Akhirnya diputuskan menggunakan pesawat militer Boeing 737 seri 400 yang berada di Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Pesawat berangkat pada Rabu, 18 Agustus 2021 pukul 06.00 WIB dengan membawa 20 personel gabungan TNI. Di dalamnya termasuk enam prajurit Bravo-90 Pasukan Khusus TNI AU untuk pengamanan evakuasi WNI.
"Sebenarnya pelibatan pasukan khusus sudah menjadi standar proses evakuasi. Misi-misi sebelumnya pun kami sudah melibatkan paskhas untuk alutsista. Apalagi melihat situasi di Kabul saat ini, tujuannya untuk pengamanan alutsista di darat dan boarding ke pesawat," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Indan Gilang Buldansyah ketika dihubungi IDN Times melalui telepon, Minggu 22 Agustus 2021.
Ia mengatakan, sebelum berangkat semua rencana sudah disusun matang termasuk alternatifnya bila rencana awal tak berjalan sesuai harapan. Apalagi situasi di Bandara Kabul masih dinamis dan cair.
Salah satu yang harus diurus sebelum berangkat yakni menyangkut izin terbang lintas wilayah. TNI AU berangkat melalui beberapa negara yakni Sri Lanka, Pakistan, dan Afghanistan.
"Proses untuk mendapat flight clearance itu merupakan kerja bersama, antara Kemenlu, Mabes TNI, dan TNI AU. Kami kan bertugas plotting rute, hal itu yang kemudian kami komunikasikan ke lembaga terkait dan negara yang bakal kita lewati," tutur dia lagi.
Sementara, saat hendak memasuki bandara di Kabul, TNI AU harus berkomunikasi dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization). Sebab, selama proses evakuasi berlangsung, NATO yang memegang otoritas bandara di Kabul.
Lalu, apa tantangan yang dihadapi oleh TNI AU ketika harus mendaratkan pesawat di area yang situasi keamanannya berisiko?