Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pulau Onrust
Suasana Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Cahyarini)

Intinya sih...

  • Pulau Onrust adalah destinasi favorit abad ke-15 yang menyimpan banyak sejarah dan terletak di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

  • Pulau ini pernah digunakan sebagai tempat karantina untuk mencegah penyebaran leptospirosis, penjara, dan galangan kapal

  • Tak hanya itu, Pulau Onrust juga memiliki kompleks pemakaman dan tempat peristirahatan perempuan muda asal Belanda dengan puisi romantisnnya yang misterius

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Deburan ombak dan angin menyambut siapa saja yang berlabuh di pulau ini. Tak banyak suara kendaraan, jauh dari hiruk pikuk kota. Pulau Onrust menyajikan sejarah dan ketenangan suasananya.

Pulau Onrust merupakan satu di antara 110 pulau di gugusan pulau Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Di pulau seluas 8,22 hektare itu telah berlangsung berbagai kisah masa lampau yang masih terjaga di dalamnya.

Onrust berasal dari bahasa Belanda yang berarti "tak pernah beristirahat". Dulu tempat ini pusat perbaikan kapal VOC, makanya selalu sibuk. Dari pulau ini, terlihat skyline Jakarta yang tampak kecil, tersisa cerita dari tiap jengkal tanahnya.

Pulau Onrust menyimpan banyak cerita benteng, karantina haji, sampai penjara politik. Pada 1600-an VOC membangun galangan kapal di sini. Setelah Belanda pergi, pemerintah Hindia Belanda menjadikan tempat karantina jemaah haji. Bahkan, sempat dipakai untuk tahanan politik setelah kemerdekaan.

IDN Times berkesempatan menghirup udara Pulau Onrust dan menjajaki kisah-kisah masa lampau di pulau ini.

1. Tempat karantina untuk wabah leptospirosis

Suasana Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Cahyarini)

Guide dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, UP Museum Kebaharian Jakarta, Rosadi, menceritakan bagaimana sebelum kedatangan Belanda, Onrust sudah menjadi destinasi wisata favorit bangsawan Kerajaan Banten pada 1520-an.

Pada awal abad ke-17, pulau ini berfungsi sebagai gudang perbekalan, penyimpanan rempah, dan galangan kapal dengan peralatan mekanis canggih, hingga penjelajah James Cock menyebutnya sebagai galangan kapal terbaik pada masanya.

Pada 1619, Onrust dijadikan basis pertahanan laut dan pusat pasukan kolonial Belanda, lengkap dengan benteng mengelilingi pulau.

Pulau ini juga pernah digunakan sebagai lokasi karantina, terutama saat wabah leptospirosis melanda Batavia. Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri yang ditularkan melalui urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus.

Rumah karantina di pulau Onrust pun dibangun seperti panggung, dibatasi besi yang dalamnya hingga satu meter, agar tikus tak bisa menggali atau masuk area rumah karantina.

"Dan salah satu tujuan dibikin panggung, kalau ada tikus kan dikolong. Nah, sebelum tikus masuk ke area sini, dibikin pagar dulu oleh pemerintah Belanda," kata dia.

"Sistem pembuatannya, karena tikus suka menggali, akhirnya fondasinya dibikin ke dalam tanah minimal 1 meter, 1,5 meter. Dan kira-kira tikus kalau menggali itu mentok dia. Nanti ke atasnya dia dibikin pakai pelat baja," ujar Rosadi.

Rosadi mengatakan kala itu tikus-tikus itu kiriman dari Myanmar yang ikut kapal pengangkut beras di Surabaya.

2. Karantina jemaah haji

Suasana Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Cahyarini)

Selain itu, di Pulau Onrust juga ditemukan jejak-jejak karantina haji yang masih berkaitan dengan lethospiroris. Sebagian besar bangunan yang tersisa di Pulau Onrust saat ini merupakan sisa fasilitas karantina haji yang mulai beroperasi pada 1911 dan dihentikan pada 1933.

Fasilitas yang tercatat antara lain karantina, rumah dokter, rumah sakit, tempat rekreasi, serta barak-barak untuk jemaah haji. Selain di Pulau Onrust, barak-barak karantina juga didirikan di Pulau Cipir.

Pulau Onrust memiliki 35 barak penampungan haji, masing-masing dengan kapasitas 100 orang. Setibanya dari Tanah Suci, jemaah haji wajib tinggal di barak ini minimal lima hari sebelum kembali ke kampung halaman. Mereka yang sehat atau menunggu jemaah sakit untuk pulang, akan menempati barak secara bersama-sama.

Barak karantina ini lebih menyerupai penjara atau kamp konsentrasi dibandingkan fasilitas karantina biasa. Masa karantina bagi jemaah haji dari Hindia Belanda di Pulau Onrust berakhir pada 1933, seiring dibangunnya Pelabuhan Tanjung Priok, yang kemudian difungsikan sebagai pengganti fasilitas karantina tersebut.

"Ternyata zaman dulu, transportasi kan zaman Belanda masih pakai kapal laut. Sampai 1911, ada semacam kayak penyakit yang mewabahlah, jarak Pulau Jawa, dikibarkan dari penyakit kencing tikus, lethospirosis," ujar Rosadi.

"Jadi untuk antisipasi penyebaran itu, jadi setiap pendatang yang dari luar negeri, mereka tak luput dari pemeriksaan," katanya.

3. Pusara Maria van de Velde dan puisi romantis

Suasana Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Cahyarini)

Di Pulau Onrust juga ada kompleks pemakaman. Dari sekitar 52 nisan yang masih tersisa, sebagian besar merupakan makam orang-orang Belanda yang meninggal usia muda akibat penyakit tropis.

Meskipun Pulau Onrust berfungsi sebagai galangan kapal dan benteng pertahanan, diduga pada abad ke-17 hingga ke-18 wilayah ini bukanlah tempat hunian yang sehat. Banyak penduduknya meninggal di usia muda, bahkan sebelum mencapai usia 40 tahun.

Salah satu makam yang menarik perhatian adalah makam Maria van de Velde, yang ditutupi hamparan batu dengan prasasti puisi berbahasa Belanda. Maria menyelesaikan kisah hidupnya di Pulau Onrust pada abad ke-17.

Kisah Maria begitu menarik dan romantis. Kepergian Maria dilepas dengan kalimat-kalimat puitis yang ditulis seseorang padanya. Bait-bait puisi itu sudah menghitam ditelan zaman. Namun, cetakan modern puisi itu sudah disematkan di samping makam.

"Ini kata-katanya dalam banget, kayak masih perlu penafsiran, kata ungkapan hati, kegalauan, kesedihan dari seseorang untuk Maria dari pasangannya," kata Rosadi.

Berikut prasasti puisi yang tertulis di makam Maria:

Maria van de Velde

(1693 - 1721)

Maria van de Velde

Mayatnya dikubur, walaupun ia pantas hidup bertahun-tahun lamanya, seandainya Tuhan berkenan demikian.

Namun rupanya, Jehova menghalangi itu dengan kematian(nya).

Maria hilang, Maria tiada lagi! Bukan! Saya tarik kembali kata itu.

Karena diucapkan tanpa pikir panjang. Maka, semoga kelancanganku langsung didenda!

Kini Maria baru sungguh-sungguh hidup, sejak hidup dekat dengan Tuhannya.

Lahir di Amsterdam tanggal 29 Desember 1693. Meninggal pada tanggal 19 November 1721 di Onrust.

4. Penjara dan jejak Adolf Hitler

Jakarta Walking Tour Festival 2025 menjelajahi Pulau-pulau di Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Dwi Achyarini)

Selain itu, Pulau Onrust juga mencatat kekejaman di penjara. Ambisi Adolf Hitler untuk menguasai dunia sampai juga ke Indonesia. Mengutip papan informasi di gedung bekas penjara, pasukan Hitler tiba di Batavia--nama sebelum Jakarta, diduga untuk menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintahan Hindia Belanda di Batavia.

Namun, sebelum hubungan diplomatik itu terealisasi, mereka ditangkap dan ditahan di Pulau Onrust. Tak jarang, utusan Hitler maupun orang Jerman kolonial yang sebelumnya telah berada di sekitar Kota Batavia, juga ditangkap dan dipenjarakan di Onrust.

Pulau Onrust menjadi salah satu tempat tahanan Belanda bagi orang-orang Jerman dan Eropa, yang melakukan kegiatan militer di sana, termasuk Belanda sendiri. Salah satu orang Jerman yang ditangkap dan menjalani masa penahanan di barak-barak perwira Onrust adalah Stenfurt, kepala Administrasi Pulau Onrust. Para tahanan ini tetap menjalani masa penahanan hingga Jepang datang dan merebut Indonesia pada 1942.

5. Jakarta Walking Tour Festival 2025

Jakarta Walking Tour Festival 2025 menjelajahi Pulau-pulau di Kepulauan Seribu. (IDN Times/Alya Dwi Achyarini)

Kegiatan ini adalah bagian dari Jakarta Walking Tour Festival 2025. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan Jakarta Walking Tour Festival 2025 yang bertujuan untuk mempromosikan Jakarta sebagai tujuan wisata yang kaya akan warisan sejarah, budaya, dan keunikan lokal. Acara ini berlangsung sejak 13 Oktober hingga 8 November 2025.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Andhika Permata, mengatakan kegiatan ini jadi upaya membuka wawasan masyarakat serta generasi muda terhadap potensi pariwisata di Jakarta.

"Jakarta Walking Tour Festival menjadi platform bagi masyarakat untuk menggali dan memahami lebih dalam sejarah, budaya, serta dinamika kehidupan masyarakat Jakarta. Kami ingin menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan terhadap kota ini, serta mendorong semangat inovatif dalam promosi wisata yang berkelanjutan," kata Andhika, dalam keterangannya, dikutip Selasa (28/10/2025).

Peserta walking tour melibatkan murid SMA SMK, mahasiswa, komunitas, asosiasi pariwisata, media, serta Abang None Jakarta. Peserta diajak untuk melihat Jakarta tidak hanya sebagai kota besar modern, tetapi juga sebagai tempat dengan warisan sejarah yang panjang, keragaman budaya, dan potensi wisata bahari.

Jakarta Walking Tour Festival 2025 terdiri dari tiga rangkaian kegiatan utama, yaitu Mainland Tour, Island Tour, dan Outbound yang menawarkan pengalaman wisata unik di berbagai kawasan Jakarta.

Editorial Team