JAKARTA, Indonesia—Manuver politik mengejutkan dilancarkan Partai NasDem pada pertengahan Mei 2017. Tanpa banyak wara-wiri sebelumnya, NasDem mendeklarasikan dukungan terhadap Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Kang Emil) untuk maju menjadi bakal calon Gubernur Jawa Barat pada Pilkada Serentak 2018. Padahal, pencoblosan baru setahun lagi.
Ketua Umum NasDem Surya Paloh hadir langsung dalam deklarasi dukungan terhadap Kang Emil di Monumen Bandung Lautan Api, ketika itu. Surya menegaskan, sudah lama kepincut dengan performa Kang Emil dalam membangun Kota Kembang, julukan Bandung.
“Setelah melihat gerak-gerik ragam, tingkah, ucapan, akhirnya NasDem memilih Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Kita ingin membudayakan politik tanpa mahar di Pilgub ini,” ujar Surya.
Di DPRD Jabar, NasDem hanya memiliki 5 kursi. Sedangkan syarat sah dukungan ialah 20 kursi di parlemen lokal. Lobi-lobi politik pun dijalankan. Tak butuh lama, langkah NasDem diikuti Hanura, PKB dan PPP. Pencalonan NasDem kala itu menjadi penanda dimulainya pertarungan sengit dan drama memperebutkan tiket menuju Jabar-1.
Pada Oktober 2017, dukungan terhadap Kang Emil pun dideklarasikan oleh Golkar. Syaratnya, Kang Emil harus mengambil kader Golkar Daniel Muttaqien sebagai pasangannya. Tarik-menarik kepentingan mulai menyelimuti pencalonan Kang Emil. Terlebih, kader Golkar yang juga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi juga mengincar tiket Cagub Jabar dari partai berlambang pohon beringin itu.
Ridwan Kamil gamang. Tampaknya Kang Emil tak sreg dengan Daniel. Berulangkali diultimatum Golkar agar segera meminang Daniel, Kang Emil bergeming. Golkar pun berang. Usai Munaslub Golkar pada Desember 2017 yang mengestafetkan kursi ketua umum dari Setya Novanto ke Airlangga Hartarto, dukungan terhadap Kang Emil dicabut.
“Saya mah santai dalam berpolitik. Jangan jadi politikus kalau kagetan atau baperan (bawa perasaan) karena setiap saat pasti ada breaking news yang disukai atau tidak disukai," kata Kang Emil kepada wartawan di Pendopo Wali Kota Bandung perihal pencabutan dukungan Golkar.
Tak lama, Kang Emil pun mendeklarasikan Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum sebagai pasangannya. Uu merupakan kader PPP dan sudah dua periode memimpin Tasikmalaya. Uu merupakan cucu dari Kyai Choer Affandi, ulama besar pendiri pesantren Miftahul Huda Manonjaya di Tasikmalaya.
Pilihan terhadap Uu sempat ditolak PKB. Pasalnya, PKB juga sudah punya calon pendamping yang ingin dipasangkan dengan Ridwan Kamil. Namun demikian, PKB akhirnya mengalah. Pasangan Emil-Uu atau yang kini akrab disapa pasangan RINDU itu akhirnya resmi mencalonkan diri dengan mengantungi total 24 kursi.
Nasib tak jauh berbeda juga dialami Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. Saat namanya mulai digadang-gadang menjadi calon Gubernur Jabar, PKS dan Gerindra sempat menyatakan bakal mendukungnya. Sempat dipasangkan dengan wakil Bupati Bekasi Ahmad Syaikhu yang notabene merupakan kader PKS, pencalonan Deddy-Syaikhu dibatalkan sepihak oleh Gerindra.
Menurut Ketua DPD Gerindra Jabar Mulyadi, tanpa merinci alasan jelas, pihaknya merasa tidak yakin dengan pasangan Deddy-Syaikhu. “Makanya pasangan ini kita batalkan untuk Gerindra,” ujar Mulyadi, September silam.
Deddy Mizwar tak patah arang. Pencarian tiket dukungan membawanya ke pintu Partai Demokrat. Di partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu, Deddy memang tercatat sebagai salah satu nama pendiri. Januari lalu, setelah mengantungi kartu keanggotaan parta berlambang mersi itu, Deddy resmi diusung Demokrat. Dedi Mulyadi dari Golkar didapuk sebagai pendamping.
Adapun PKS dan Gerindra kemudian memantapkan hati mendukung Mayjen Purnawirawan TNI Sudrajat. Meskipun elektabilitasnya rendah di berbagai survei, Sudrajat ‘dipaksakan’ maju didampingi Ahmad Syaikhu. Konon faktor kedekatan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi alasan mantan Dubes RI untuk Tiongkok itu diusung maju. Pasangan yang dikenal dengan sebutan pasangan ‘Asyik’ itu mengantungi 27 kursi di DPRD Jabar.
Kejutan lainnya datang dari PDI-Perjuangan yang punya 20 kursi di DPRD Jabar. Sempat digadang-gadang bakal turut mengusung pasangan RINDU, PDI-P memutuskan memajukan kadernya sendiri untuk posisi cagub.
Di markas PDI-P di Lenteng Agung pada Minggu, 8 Januari, pasangan Tubagus (TB) Hasanuddin dan Anton Charliyan dideklarasikan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. TB merupakan pensiunan TNI yang sudah dua periode berkantor di gedung DPR sedangkan Anton tercatat masih menjabat sebagai Kapolda Jabar.
“Pasangan paling menarik karena keduanya jenderal yang selama ini selalu diasosiasikan dengan pilar-pilar NKRI. Jam terbang keduanya tinggi, rekam jejaknya bagus,” kata Ketua DPP PDI-P Hendrawan Supratikno mengungkap alasan partainya memilih Hasanuddin-Charliyan atau pasangan ‘Hasanah’.
Dengan tambahan pasangan Hasanah, total ada empat pasang kandidat yang bertarung di Pilgub Jabar. Sebagai lumbung suara dengan jumlah pemilih mencapai lebih dari 30 juta orang, maka dipastikan para kandidat bakal mati-matian berusaha menguasai Jabar. Tanggal 27 Juni mendatang, akhir drama rollercoaster Pilgub Jabar bakal ditentukan lewat kotak suara.