IDN Times/Ardiansyah Fajar
Angka korban meninggal dunia yang dirilis oleh BNPB jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh Basarnas. Mereka menyebut angka korban meninggal dunia mencapai 368 orang. Bahkan, Kemenkopolhukam dalam keterangan pers pada Kamis sudah menyebut angka 319 orang meninggal dunia dalam gempa berkekuatan 7,0 SR tersebut. Angka itu disampaikan ke publik usai Kemenkopolhukam menggelar rapat koordinasi dan menyamakan jumlah data yang berbeda mengenai korban gempa bumi.
Mengenai perbedaan data tersebut, Sutopo bisa memakluminya. Ia pun tidak menampik bisa saja jumlah korban yang sesungguhnya lebih dari yang disampaikan oleh BNPB. Tetapi, itu semua masih memerlukan verifikasi.
Lalu, data mana dong yang harus dipercaya publik?
"Semua data benar, karena itu semua berdasarkan data di lapangan. Kejadian perbedaan data korban selama masa tanggap darurat adalah hal yang biasa seperti yang terjadi ketika gempa bumi di Sumatera Barat tahun 2009 lalu, erupsi Gunung Merapi tahun 2010, gelombang tsunami Mentawai tahun 2010 dan sebagainya saat bencana besar," kata Sutopo melalui keterangan tertulis pada Rabu (8/8) kemarin.
Ia menjelaskan kebutuhan kecepatan dalam pelaporan kondisi penanganan bencana saat krisis diperlukan, sehingga akhirnya masing-masing institusi menggunakan datanya sendiri-sendiri. Akibatnya, masyarakat menjadi bingung.
"Ini juga mencerminkan perlunya koordinasi data ditingkatkan. Data agar saling dilaporkan ke Pospenas lalu diverifikasi dan keluar satu data," katanya lagi.
Sutopo mendorong agar perlu dilakukan koordinasi bersama untuk menyamakan data korban bencana. Hal itu dapat disepakati di posko utama tanggap darurat bencana. Keakuratan data, kata dia, dibutuhkan terkait bantuan santunan duka cita kepada keluarga korban.
"Sebab, pemerintah memberikan Rp 15 juta kepada ahli waris korban," tutur Sutopo.
BNPB mengakui jumlah pembaruan data terlambat dibandingkan institusi lain, sebab perlu dilakukan verifikasi. Terkadang ada data korban yang tercatat lebih dari satu kali.
"Misal institusi menyebutkan nama panggilan, sehari-hari, nama lengkap atau nama kecil, sehingga satu orang yang sama malah terdata menjadi tiga orang," kata dia.