Dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat” yang ditulis Cindy Adam, Bung Karno menuturkan, Marhaen adalah seorang petani kecil yang jadi korban imperialisme. Menurut Bung Karno, basis kekuatan perjuangan rakyat Indonesia melawan imperialisne harus datang dari mereka yang dimelaratkan oleh sistem tersebut.
Jadi, Marhaenisme adalah isme-nya kaum Marhaen. Marhaenisme merupakan doktrin perjuangan yang menyatukan seluruh potensi rakyat Indonesia yang serba kecil itu untuk menumbangkan tatanan kapitalisme yang melahirkan imperialism dan kolonialisme.
Bedanya dengan situasi di Eropa, tulis Soebadio, Marhaeisme dilahirkan dalam suasana agraris di mana masyarakatnya tertindas, dieksploitasi oleh imperialism. “Tegasnya, Marxisme membela kaum pekerja yang dieksploitir kaum pemodal (kapitalis), sedangkan Marhaenisme membela si Marhaen yang dimiskinkan akibat adanya hubungan pergaulan yang imperialistik,” tulis Soebadio.
Oleh karena itu, jika kaum Marxis menyerukan, “Hai kaum proletar bersatulah, engkau tidak akan kehilangan sesuatu apapun kecuali rantai belenggumu!”, maka Bung Karno menyerukan, “Hai seluruh rakyat Indonesia bersatulah dan berjuanglah untuk memperoleh kemerdekaan!”
Apakah penghisapan dan eksploitasi kepada rakyat kecil seperti Marhaen menurutmu masih terjadi saat ini?
Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.