Jakarta, IDN Times - Lembaga medis dan kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) baru-baru ini ramai diperbincangkan setelah Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menolak tes usap oleh Satuan Tugas (Satgas) COVID-19.
MER-C diminta pertolongan melakukan tes usap Rizieq usai berkeliling acara keagamaan. Usaha MER-C pun dikritik Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, yang menyebut organisasi ini tak memiliki laboratorium dan tidak terdaftar dalam jaringan yang memiliki kewenangan melakukan tes virus corona.
Namun komentar itu ditanggapi dengan tenang oleh Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad. Ia membenarkan MER-C tak memiliki laboratorium, namun ia memastikan hasil tes usap Rizieq dibawa ke laboratorium yang kredibel.
“MER-C menolong siapa saja tanpa membedakan latar belakang masalahnya. Sebut saja Panglima GAM, almarhum Ishak Daud, Komjen Polisi Susno Duadji, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir, para terduga terorisme,” kata Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad kepada IDN Times, Sabtu (5/12/2020).
Lalu, bagaimana latar belakang MER-C sebagai lembaga medis yang banyak membantu tokoh kontroversi?