Keadaan Kota Palu, Sulawesi Tengah setelah terjadi Gempa dan Tsunami pada 28 September 2018 (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)
Gempa berkekuatan 7,4 SR itu tak hanya menyebabkan terjadinya tsunami. Di Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu, juga terjadi bencana likuefaksi (pencairan tanah) yang tidak kalah mengerikan.
Saat likuefaksi, terjadi kenaikan dan penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas lima meter, dan beberapa bagian naik sampai dua meter. Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter.
Terjadi setelah gempa, tanah di daerah itu lekas berubah jadi lumpur dan langsung menyeret bangunan-bangunan di atasnya. Di Balaroa, rumah amblas dan banyak warga yang terkubur hidup-hidup akibat bencana tersebut.
Sebanyak 1.747 unit rumah di Perumnas Balaroa hancur akibat likuefaksi. Sementara di Kelurahan Petobo sekitar 744 unit rumah tenggelam. Sementara untuk korban jiwa, di Perumnas Balaroa sebanyak 48 orang meninggal dunia dan di Petobo 36 orang.
Setelah dua tahun bencana itu terjadi, besar harapan agar Kota Palu sudah kembali normal. Keluarga korban yang ditinggalkan juga bisa ikhlas menerima kepergian keluarga mereka dan dapat memulai hidup baru usai bencana tersebut.