IDN Times/Panji Galih Aksoro
Eksistensi keberadaan sebuah trending tagar ternyata ada di tangan buzzer politik. Tim IDN Times berkesempatan menemui seorang buzzer politik yang mengurusi trending-trending politik di media sosial di Indonesia. Sebut saja Rangger, yang sampai saat ini masih aktif sebagai buzzer politik.
Ranger mengatakan pencapaian dari cuitan-cuitan Twitter tersebut adalah trending. “Goals nya adalah trending, jadi nanti ketentuannya dari koordinator, oke stop. Oke mulai itu dari koordinatornya, jadi ketika mulai memang sampai ada isu yang mereka ingin angkat dan itu terangkat,” ujar dia.
Rangger juga mengakui seberapa dalam keterlibatan buzzer dalam suatu isu. Menurut dia buzzer bisa terlibat empat sampai enam kali.
“Kalau berapa kalinya, mungkin lebih dari empat kali atau bahkan lebih dari enam kali. Kalau ada oknum atau gaknya, pastinya ada, ada koordinatornya, tapi kalau untuk ke atasnya lagi biasanya terlalu banyak layer sih, jadi gak bisa sampai ketahuan,” kata dia.
Keberadaan oknum buzzer juga sulit ditelusuri keberadaannya, karena sistemnya satu pintu. Orang kesatu hanya bisa berinteraksi dengan orang kedua dan begitu seterusnya.
“Cuma oknumnya ada, memang tidak dibuka, jadi tahu paling di atasku pasti tahu siapa di atasnya, tapi dia belum tentu tahu siapa di atasnya lagi. Jadi interaksinya sistemnya satu pintu, dari orang satu ke orang dua, kalau dia sampai kelima yang bisa berinteraksi ke orang lima hanya orang empat," ujar Rangger.
Perihal akun palsu yang ada, Rangger menuturkan bagaimana akun-akun palsu dapat berkembang dan terus dilahirkan. Mereka dapat disebut sebagai 'pasukan khusus'.
“Kalau dibilang pasukan khusus, pasti sebutannya mereka khusus, karena mereka dipilih terkait pasukan khusus. Tapi kalau untuk akun, akun palsu pasti atau mereka bikin akun anonim besar yang memang memberikan data-data, dan ternyata masyarakat suka, ada yang follow-follow dan mereka jadi besar. Nah, akun itu biasanya main account-nya, tapi mereka punya akun-akun kecil yang rata-rata palsu untuk support, kayak gitu sih polanya," kata dia.
Perihal bayaran, Rangger mengaku, mendapat upah per bulan dengan nominal di atas angka empat. Dengan profesi seperti itu, Rangger mengaku dirinya tidak tertekan, karena semua yang disampaikan berlandaskan data. Namun, perihal ancaman, Rangger mengatakan itu adalah hal biasa.
“Bulanan biasanya, di atas empat kali ya, bisa dibilang hampir di atas empat. Tapi itu mungkin kalau dua tahun terakhir, tapi kalau tiga tahun yang lalu empat tahun yang lalu, di atas dua di bawah tiga juta. Gak ada yang tertekan karena apa? Karena mereka menyatakan sesuatu dengan data, jadi gak ada tekanan sesuatu, mungkin kalau mereka diancam di dunia digital ketika lagi melakukan buzzer, itu biasa," ujar dia.