IDN Times/Gregorius Aryodamar P
Berawal dari sebuah keinginan untuk menyadarkan pengguna kendaraan bermotor untuk lebih bijak menggunakan kendaraannya, pada 22 September 2002 Alfred Sitorus bersama beberapa temannya menginisiasi Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB).
Car free day bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor dan mengurangi tingkat pencemaran udara di kota-kota besar.
Setelah hampir 16 tahun berlangsung, banyak terjadi perubahan dalam kegiatan ini. Di antara perubahan yang terjadi adalah seringnya CFD ditumpangi kegiatan berbau politik.
Beberapa waktu lalu, misalnya, terdapat kelompok massa yang terbagi dalam dua kelompok besar yakni gerakan ganti presiden pada 2019 dengan tagar #2019GantiPresiden, dan kelompok pendukung Joko 'Jokowi' Widodo dengan baju bertuliskan "dia sibuk kerja".
Bahkan, sempat beredar video viral seorang ibu bersama anaknya menjadi korban persekusi dari massa #2019GantiPresiden di CFD Jakarta. Mereka mengintimidasi perempuan itu lantaran diduga sebagai pendukung Jokowi.
Kegiatan berunsur politik ini membuat Alfred merasa prihatin. Ia berharap masyarakat memahami tujuan dilaksanakannya CFD.
“Kami selaku inisiator CFD kecewa dengan adanya kegiatan politik di CFD. Tapi, kami sepakat untuk mengembalikan roh CFD seperti semula,” ucap Alfred ketika ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Di balik keprihatinannya, Alfred berharap, pelaksanaan CFD ke depan akan berlangsung seperti sedia kala.
“Kami berharap kegiatan politik di CFD tidak berlarut-larut. Sudah 16 tahun berlangsung masak masih stuck begini? Kami berharap CFD Jakarta bisa jadi contoh bagi pelaksanaan CFD di kota, bahkan negara lain seperti Filipina, India, Srilanka, dan Thailand,” ucap Alfred.