Laporan BPS tersebut tampaknya sejalan dengan prediksi yang pernah dituturkan Deputi Bidang Statistik Sosial Sairi Hasbullah. Menurut perkiraan Sairi, pada 2020 akan semakin banyak perempuan yang memilih menunda pernikahan, karena mereka kian sibuk mengurus karier.
Fenomena yang sama terjadi di Amerika Serikat, bahkan sudah terlihat sejak 2010. Berdasarkan survei Pew Research Center, sebanyak 51 persen warga berstatus menikah, dibandingkan 72 persen pada 1960.
Penurunan jumlah tersebut tak hanya dipengaruhi gaya hidup modern yang menjunjung tinggi kebebasan individual dan aktualisasi diri, tapi juga merosotnya rasa tak percaya terhadap konsep berkeluarga secara tradisional.
Contohnya, semakin besar jumlah orang Amerika Serikat pilih tinggal dengan pasangan tanpa terikat pernikahan. Penulis buku All Single Ladies sekaligus wartawan feminis Rebecca Traister berpendapat, perempuan punya lebih banyak pilihan.
"Kini perempuan bisa dapat penghasilan sendiri di lebih banyak bidang. Lebih banyak akses pendidikan untuk mereka. Artinya, mereka mampu mandiri secara ekonomi di dunia dengan cara yang tak bisa dilakukan di generasi sebelumnya," kata Traister, seperti dilansir dari situs Wharton Business School.