Menteri Kesehatan Nila Moeloek tidak membantah pernyataan Idrus soal jumlah korban tewas akibat gizi buruk dan penyakit di Papua. Jumlahnya mencapai 71 orang di area Asmat.
Hal itu dapat terjadi lantaran dipicu oleh empat faktor yakni kesehatan, sosial budaya, infrastruktur, dan tata kelola pemerintahan. Untuk meminimalisasi korban jiwa, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Inpres nomor 9 tahun 2017 tentang percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Dengan payung hukum itu pula, antarkementerian dan lembaga dapat bekerja sama untuk mengatasi gizi buruk dan penyakit campak.
Selaku Menkes, Nila mengaku sudah meminta jajarannya untuk melakukan imunisasi.
"Ada sekitar 13.300an orang yang sudah diimunisasi. Namun, ada pula beberapa distrik yang belum dapat dijangkau. Sistem yang kami lakukan saat ini, yaitu setiap 10 hari diganti (tenaga kesehatannya). Ini sudah menjadi 10 hari yang ketiga," ujar Nila ketika memberikan keterangan pers pada Rabu, 31 Januari di Kemenko PMK.
Kemenkes juga mengerahkan tenaga kesehatan spesialis yang sayangnya baru dapat dikerahkan untuk bekerja di RSUD Agats. Ia mendapat data masih ada sekitar 30 orang yang dirawat di rumah sakit dan gereja.
"Karena jumlah kamar yang tidak cukup di rumah sakit dan di gereja pun hanya tersisa beberapa orang lagi," kata dia.
Selain bekerja di RSUD Agats, Nila turut mengirim tenaga kesehatan di puskesmas-puskesmas di distrik-distrik di Papua.
"Dari informasi yang kami dapat, mereka juga membutuhkan dokter umum. Oleh sebab itu, kami akan merekrut dan mengirim mereka kembali ke Papua dan Papua Barat," ujar perempuan yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Nila mengaku memiliki tenggat waktu tertentu kapan permasalahan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk ini dapat teratasi secara keseluruhan. Sayangnya, dia enggan menyampaikan hal tersebut.