Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan mengaku sudah tidak lagi berambisi untuk duduk sebagai menteri atau mencalonkan diri jadi presiden di pemilu 2024. Ia menyadari momennya untuk berkuasa dibatasi waktu. Apalagi usianya sudah tak lagi muda dan memasuki 74 tahun.
"Semua yang ada di bawah langit ini, ada waktunya. Jadi, saya menyadari itu. Ada juga (batas) waktu saya juga. And it's about time juga, okay you're done dan kita harus tahu itu. Karena kalau kita terus merasa bahwa kita yang paling mengatur semua, itu nanti jadi post power syndrom. Jadi, saya gak mau seperti itu," ungkap Luhut ketika bercerita di program siniar Rocky Gerung dan tayang di YouTube pada Jumat, 23 September 2022 lalu.
Menurut mantan jenderal di Kopassus itu, ada banyak cara untuk tetap mengabdi kepada bangsa. Tak melulu harus jadi presiden.
Ia pun menyadari peluangnya untuk maju ke pilpres sangat kecil. Sebab, ia berasal dari kelompok minoritas.
"Apa harus jadi presiden saja, lalu baru kau bisa mengabdi? Kan gak juga. Harus tahu diri juga lah, kalau kau bukan orang Jawa. Ini bicara fakta antropologinya. Ya, itu. Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung dilakukan hari ini, saya gak tahu ya 25 tahun mendatang, udah lupain deh (untuk maju nyapres)," kata dia secara blak-blakan.
Luhut menilai tak perlu terlalu ngoyo dan memaksakan diri untuk maju jadi capres. Sebab, ujung-ujungnya akan merasakan sakit hati.
Rocky pun terlihat sepakat dengan pernyataan Luhut. Menurutnya, antropologi Indonesia basisnya adalah etnis.
"Fakta itu yang kadang kala membatalkan ambisi orang untuk jadi presiden," ujar Rocky di program yang sama.
"Termasuk saya (juga membatalkan ambisi itu)," kata Luhut menimpali.
Namun pernyataan Luhut itu kemudian membuat warganet berang. Mereka menilai pernyataan Luhut rasis.
Apa sebenarnya maksud dari pernyataan Luhut di acara Rocky Gerung?