ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Titi menjelaskan, calon pemilih bisa memutuskan menjadi golput karena merasa tidak ada kandidat yang bisa mengakomodasi kebutuhan mereka.
"Angka pengguna hak pilih di 2019 bisa menurun karena keterbatasan pilihan yang ada membuat pesismisme dan kemudian apatis politik, karena merasa bahwa dirinya tidak diakomodir atau terfasilitasi. Secara pilihan atau ekspresi politik jadi keterbatasan pilihan di respons dengan pesimisme pemilih," papar dia.
Selain itu, kata Titi, minim nya informasi terkait pemilu serentak pada 17 April 2019 juga membuat golput semakin bertambah. Yang lebih parah, ada calon pemilih yang menganggap pemilu tidak penting karena tidak berdampak langsung pada dirinya. Selain itu, pada 17 April mendatang berdekatan dengan libur Paskah.
"Yang terkahir pemilih-pemilih yang pragmatis dan tidak menganggap pemilu penting dan dihadapkan pada libur panjang," kata Titi.