Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis 27 Februari 2020 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan sudah ada lima WNI yang bermukim di luar Indonesia yang berhasil sembuh dari virus corona. Lima orang itu terdiri dari satu WNI ada di Singapura, empat berada di Jepang. 

Empat yang sembuh di Jepang merupakan ABK Diamond Princess. Dari empat itu satu di antaranya sudah kembali ke Tanah Air lantaran ikut dalam proses pemulangan bersama Pemerintah Indonesia. 

"Masih ada lima WNI lainnya yang berstatus positif. Dulu ada ada 9 (WNI yang positif virus corona), 4 (WNI) sudah dinyatakan negatif, sedangkan 5 (WNI) masih ada di rumah sakit dan dalam kondisi stabil," kata Retno ketika ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat pada Selasa malam (3/3). 

Sementara, proses evakuasi terhadap WNI yang berada di luar negeri telah dilakukan dalam tiga tahapan. Sebanyak 234 WNI telah diboyong dari Wuhan, Tiongkok, 188 WNI yang bekerja di Kapal Pesiar World Dream dan terakhir 69 kru kapal pesiar Diamond Princess. 

Namun, sesungguhnya ada satu WNI lainnya yang juga terinfeksi virus corona dan tengah dirawat di rumah sakit di Taiwan. Sehingga, total ada 6 WNI yang masih terinfeksi COVID-19. Lalu, apa langkah Kemlu terhadap WNI yang berada di negara di mana penyebaran virus coronanya masif?

1. Kemlu kini fokus terhadap perlindungan WNI di empat negara

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Instagram/@retno_marsudi)

Menurut Menlu, saat ini Kemlu tengah fokus ke perlindungan terhadap WNI yang bermukim di empat negara yaitu Korea Selatan, Iran, Italia dan Singapura. Ia mengatakan perkembangan virus corona di negara-negara tersebut mengalami kenaikan yang masif. 

"Kali ini kita fokus di empat negara. Sejauh ini, WNI kita di empat negara tersebut dalam kondisi baik," kata Retno semalam. 

Komunikasi, kata Menlu perempuan pertama di Indonesia itu dengan KBRI juga dilakukan secara intensif. 

"Dalam situasi seperti ini diperlukan saling dukung. Jangan kita kemudian reaksinya malah panik. Kita tetap waspada tapi juga harus memberikan dukungan ke otoritas di negara lain," ungkap dia. 

2. Jumlah penyebaran virus corona di Tiongkok semakin menurun

Warga memakai masker saat mereka menyebrangi jalan pada malam sibuk, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan COVID-19 di Beijing,Tiongkok, pada 3 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Retno menjelaskan kali ini pemerintah fokus terhadap empat negara lain di luar Tiongkok lantaran perkembangan virus itu semakin lambat di Negeri Tirai Bambu. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda itu mengacu kepada data yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

"Berdasarkan situation report dari WHO, angkanya menunjukkan perkembangan yang ada di Tiongkok menurun. Sementara, terjadi perubahan atau peningkatan di negara-negara di luar Tiongkok seperti Iran, Korsel, dan Italia," ungkapnya. 

Ia mengatakan dengan adanya data itu menjadi panduan bagi pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada WNI di luar negeri. 

3. Total pasien yang meninggal akibat virus corona mencapai 3.198 orang dan yang pulih 50.690 orang

Pos pemantauan virus corona RSPI Sulianti Saroso (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Sementara berdasarkan data real time yang dikutip dari Universitas John Hopkins menunjukkan angka kematian akibat virus corona 3.198 orang. Namun, jumlah pasien yang sembuh justru jauh lebih banyak yakni 50.690 orang. 

Kendati data statistik menunjukkan banyak pasien yang berhasil sembuh, namun berbagai acara berskala internasional tak sedikit yang dibatalkan. Dimulai dari acara pameran pariwisata dunia di Berlin, izin umrah dibekukan, hingga ke perhelatan pameran teknologi terbesar di Spanyol. 

Pesan penting disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, ketika berbicara di Munich, Jerman pada (15/2). Dikutip dari laman CNBC, ia menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk berhenti mempolitisasi isu wabah virus corona. 

"Kita semua harus menghentikan stigma dan rasa benci. Sangat mudah untuk saling menyalahkan, mempolitisasi, namun begitu sulit untuk mengatasi sebuah permasalahan dan mencari solusi bersama," ungkap Tedros. 

Pernyataan itu ia sampaikan ketika kematian akibat virus corona terjadi di Benua Eropa. Pasien merupakan seorang turis lansia asal Tiongkok yang dirawat pada akhir Januari lalu. 

Editorial Team