Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Tri Rismaharini menangis dalam Forum AHSF di Makassar, Rabu  (11/10/2023)/YouTube Kemensos
Menteri Tri Rismaharini menangis dalam Forum AHSF di Makassar, Rabu (11/10/2023)/YouTube Kemensos

Makassar, IDN Times - Suasana Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan atau ASEAN High Level Forum (AHLF) seketika hening saat Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini, menangis saat memaparkan kondisi penyandang difabel yang rentan terhadap tindak kekerasan.

Dengan demikian, Kementerian Sosial (Kemensos) membuat Gelang Rungu dan Wicara (GRUWI) dan Gelang Tuna Grahita (GRITA) untuk melindungi mereka.

Sebanyak 13 negara hadir dalam forum tersebut, terdiri dari 9 negara anggota ASEAN, satu negara observer, yakni Timor Leste, dan 3 negara ASEAN Partners, yaitu Amerika Serikat, Inggri, dan Australia.

"Kami tahu bahwa banyak anak-anak cacat. Kami berikan jam pintar," ujar Risma sambil menundukkan kepala dalam AHLF di Makassar, Rabu (11/10/2023).

"Kami minta maaf, mereka mengerti, mereka mendapatkan kekerasan. Jadi saya berikan jam tangan pintar," kata Risma sambil menangis.

1. Moderator tenangkan Risma

Menteri Tri Rismaharini dalam Forum AHSF di Makassar, Selasa (11/10/2023)/Youtube Kemensos

Melihat kondisi Risma, Staf Khusus Menteri Sosial, Luhur Budijarso yang menjadi moderator forum meminta Risma untuk tenang. Luhur melanjutkan, forum dengan pertanyaan lain yang dilontarkan peserta forum.

"Kami mengerti, kami memahami Anda sangat prihatin dan tersentuh, masalah ini sangat mendalam," katanya.

2. Inovasi gelang pintar untuk lindungi penyandang difabel

Mensos Risma memasangkan Gruwi /dok Kemensos

Diketahui, Kemensos telah mengembangkan inovasi terhadap berbagai alat bantu penyandang difabel. Inovasi tersebut adalah GRUWI dan GRITA, tongkat adaptif yang telah dipatenkan Kemensos.

GRUWI adalah salah satu upaya pemenuhan hak-hak penyandang difabel, sekaligus respons terhadap ancaman keamanan yang dihadapi penyandang tuna rungu dan tuna wicara.

Gelang ini dipicu oleh sensor gerak serta dilengkapi dengan pendeteksi denyut nadi. Apabila pengguna dalam kondisi darurat atau panik, maka denyut nadi tiba-tiba tinggi sehingga gelang akan berbunyi untuk menarik perhatian orang lain. Dengan begitu, kejahatan terhadap mereka bisa dicegah.

“Inovasi Kemensos itu berangkat dari kegelisahan saya yang sering mendapati kasus rudapaksa yang banyak menimpa anak-anak difabel rungu dan wicara,” kata Risma belum lama ini.

3. Early warning system jika terjadi ancaman

Gelang tunarungu dan wicara /dok Kemensis

Baik GRUWI, GRITA maupun tongkat adaptif, kata dia, merupakan hasil inovasi tim difabel yang dibina di sentra-sentra Kemensos.

Alat tersebut juga berfungsi sebagai early warning system atau peringatan dini bagi penyandang difabel baik rungu wicara maupun intelektual jika terjadi ancaman yang dapat membahayakan dirinya dari luar.

“Hingga saat ini, jumlah produksi awal untuk GRUWI sebanyak 217 unit dan GRITA sebanyak 100 unit. Dari jumlah tersebut telah disalurkan GRUWI 65 unit dan untuk GRITA belum ada,” kata Kepala Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS) Bogor, MO. Royani.

Inovasi Kemensos tersebut sukses karena dirasakan manfaatnya oleh para penyandang difabel. Hal itu terlihat dari tingginya jumlah waiting list permintaan atau persiapan pengiriman ke Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yaitu GRUWI sebanyak 75 unit dan GRITA sebanyak 90 unit.

Editorial Team