Untuk menentukan apa yang bisa dikontribusikan Kemensos, pertama mahasiswa perlu melakukan assessment, tentang apa saja kebutuhan atau permasalahan di desa tujuan KKN. Dari sini baru bisa ditentukan bentuk kontribusi berupa program apa yang bisa membantu masyarakat.
"Yang utama tentu kebutuhan dasar masyarakat. Misalnya akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, dan juga kesejahteraan. Untuk memenuhi itu, sangat mungkin pula kita bermitra dengan instansi lain yang terkait," kata Bambang.
Misalnya, bila ada kendala akses terhadap kesehatan, bisa melibatkan dinas kesehatan setempat. Demikian pula masalah pendidikan, bisa dengan dinas pendidikan.
"Kalau masyarakat desa minim dalam kualitas hunian, Kementerian Sosial memiliki program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) yang sudah kita kembangkan," ujarnya.
Kalau memang ada potensi ekonomi yang bisa dikembangkan, Kemensos bisa membantu dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), misalnya.
Rektor Unhas Dwia Aries menyatakan, dengan KKN mahasiswa bisa belajar menghadapi masalah, mencari cara penyelesaiannya dan mengembangkan hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya.
"Ini wahana mereka melatih kepemimpinan. Supaya mereka tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang matang karena langsung berhadapan dengan masalah di lapangan," katanya.
Sejak 2015, Kemensos sudah menjalin kerja sama dengan 23 perguruan tinggi negeri dan swasta. Ke depan, Kemensos tentu saja terbuka untuk memperluas kerja sama dengan perguruan tinggi.