Setelah menyusuri jalur Siregol, akhirnya kami tiba di Desa Sirau. Desa ini terletak di tebing-tebing tinggi. Karena itu, desa ini masuk daerah rawan longsor. Sejumlah dusun telah mengalami longsor saat musim hujan, namun warga enggan direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Menurut penuturan beberapa warga, pemerintah setempat sudah menawarkan relokasi, tapi warga menolak. Sementara, di sejumlah titik sudah terpasang jalur evakuasi jika terjadi longsor tiba-tiba.
Beruntung, saat kami menuju Desa Sirau cuaca cerah, sehingga tak terlalu khawatir menyambangi desa ini. Sebab, kebiasaan warga desa ini, mereka tidak keluar rumah jika turun hujan, khawatir terjadi longsor di jalan.
Beberapa kilometer menjelang desa ini, kami banyak menjumpai sawah berundak dan ladang. Tak hanya padi, sawah dan ladang juga banyak ditanami jagung, ijuk, dan pohon aren. Warga Desa Sirau memang dikenal penghasil sapu ijuk dan gula aren.
Warga desa ini umumnya bertani, perajin sapu, dan ada juga yang merantau. Jika musim panen, mereka lebih banyak tinggal di kampung. Selebihnya mereka berada di tanah rantau.
Setelah melewati kantor desa sekitar 200 meter, tibalah kami di Masjid Jami Al Mangunah. Masjid itu berada di Dusun Ngingklik.
Di depan masjid berkelir hijau muda itu terlihat beberapa ibu-ibu tengah duduk sambil berbincang-bincang di teras masjid. Pandangan mereka tertuju pada kami yang saat itu menemui warga bernama Rundul, yang tak jauh dari hadapan mereka.
Rundul yang tengah beristirahat usai dari ladangnya itu, mengaku heran penangkapan KPK pada Bupati Tasdi. Bahkan, ia tak percaya saat melihat kabar penangkapan itu di televisi.
"Kaget aja kemarin, gak nyangka Bupati Tasdi ditangkap KPK. Aku lihat di TV," ujar Tasdi.
Lumrah saja Rundul terkejut melihat penangkapan Bupati Tasdi, sebab belum lama sang Bupati menghadiahi alquran dan pelengkapan salat di masjid yang terletak di sebelah rumahnya itu.
"Kemaren dia dateng ke sini, lima hari sebelum ditangkap KPK. Buka puasa di sini. Dia malah kasih hadiah ke masjid Alquran, sajadah, karpet. Ada sekitar 20 Alquran, tapi abis itu dibagi-bagi ke musala lain," ujar pria paruh baya itu.
Sayangnnya, kami tak sempat melihat Alquran dan beberapa perlengkapan salat hadiah dari Bupat Tasdi di masjid itu, lantaran pemegang kunci masjid sedang bepergian saat itu. Kami juga terlalu sulit mengintip karena jarak dari pagar ke dalam masjid cukup jauh serta terhalang tembok.
Warga Dusun Ngingklik lainnya Tardiono menuturkan, saat Bupati Tasdi mengunjungi masjid sempat menyampaikan beberapa hal. Intinya adalah ia akan memenuhi semua keinginiana warga setempat, termasuk memperbaiki jalan yang rusak dan pembangunan lapangan sepak bola.
"Iya, jadi intinya dia akan memenuhi semua permintaan warga. Dia juga nyumbang buat pembangunan lapangan. Malah kemarin janji mau betulin jalan yang ambles," kata Tardiono.
Saat Tasdi berkunjung, dia hampir 'memboyong' semua anak buahnya. Tak tanggung-tanggung, iring-iringan mobil yang mendampingi sang Bupati hingga lebih dari 30 kendaraan.
"Malah ada dua mobil yang mogok, karena gak kuat lewatin jalan di tanjakan," ujar Tardiono.
Menurut Tardiono, Tasdi memang kerap berkunjung ke desanya selama memimpin Kabupaten Purbalingga. Maklum saja, di Desa Sirau merupakan lumbung suaranya. Hampir 70 persen mendukung Tasdi saat Pilbup.
"Dulu pas pemilihan bupati memang 70 persen warga desa memilih dia (Tasdi)," ujar tokoh pemuda Desa Sirau itu.