Oleh Habil Razali
BANDA ACEH, Indonesia — Di antara keramaian lapangan olahraga Blang Padang, sebuah terpal biru digelar. Ukurannya sekitar 10x3 meter. Di atas terpal, ratusan buku tertata rapi dengan beragam judul. Di sampingnya, mainan anak-anak berserak.
Dua anak kecil tampak tidur melingkup. Masing-masing memegang mainan dan buku. Buku setebal dua sentimeter yang dipegang, berulang kali dibolak-balik halamannya. Nampaknya, anak itu tidak membaca buku tersebut per halaman. Tapi hanya melihat gambar yang ada di sana.
Di depan anak itu, sambil berjongkok, dua perempuan remaja mengambil buku Islami. Usai melihat bagian sampulnya sebentar, seorang dari perempuan itu membuka pelan per halaman buku yang tidak terlalu tebal. Buku itu hanya berisi tulisan, tanpa gambar.
Perempuan itu, tampak menikmati sekali buku yang dipegangnya. Matanya agak lama berkedip. Tak jauh dari keduanya, perempuan dewasa lain hanya memandang buku-buku itu. Dia tidak duduk atau berjongkok untuk mengambilnya. Setelahnya, dia pergi dan melanjutkan joging.
Terpal berisi ratusan buku beragam judul itu digelar di lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Blang Padang adalah sebuah tempat berkumpulnya warga Kota Banda Aceh berolahraga. Luasnya sekitar dua kali lapangan sepakbola. Di sekelilingnya, terdapat sebuah jalanan untuk warga joging.
Di lapangan itu pula, replika pesawat RI 001 sumbangan masyarakat Aceh didirikan. Selain itu, di sana juga dibangun monumen Thanks to World. Monumen itu dibangun pasca tsunami sebagai tanda terima kasih Aceh kepada dunia yang telah membantu saat musibah gempa dan tsunami pada 2004 yang menewaskan ratusan ribu nyawa.
Saban Minggu pagi, lapangan Blang Padang ramai dikunjungi warga untuk berolahraga. Jika sudah lelah, mereka akan singgah dan duduk di bawah teduh pepohonan yang rimbun. Melihat hal itu, timbul lah ide dari Ahmad Arif untuk membangun pustaka bacaan.
Pada Minggu, 18 Mei 2014, Ahmad Arif mengawali hari pertama membuka Mibara. Kata itu disingkat dari Minggu Baca Rame-rame. Sebuah pustaka bacaan yang digelar di lapangan tempat warga berkumpul untuk aktivitas olahraga. Mibara dimulai pukul 07:00-11:00 WIB.
Pria 38 tahun itu sengaja memilih Blang Padang, karena lapangan itu sangat ramai dikunjungi warga. Dia memanfaatkan keramaian itu untuk membuka lapak bacaannya.
Minggu pertama, Ahmad Arif menggelar terpal dengan membawa buku koleksi pribadi dirinya bersama istri. Saat itu, jumlah sebanyak tiga ribu judul. Terdiri dari buku dan majalah. Pada mulanya, masyarakat tidak terlalu tertarik melihat lapak pustaka dia.
"Respon pengunjung awalnya asing, apa sih ini, bawain buku gitukan, tapi lama kelamaan kita sampaikan bahwa ini gratis loh, gratis baca, gratis pinjam. Masyakarat akhirnya tertarik. Jadi tanpa kita minta pun mereka selalu hadir," kata Ahmad Arif saat Rappler mengujungi pustaka itu akhir April lalu.