Jakarta, IDN Times - "Kami harapkan tidak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak akibat perang." Itulah pernyataan yang disampaikan Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada Rabu, 29 Juni 2022 usai diajak melihat kondisi komplek Apartemen Lipky di Kota Irpin, Ukraina.
Jokowi resmi memulai misi perdamaian pada Minggu, 26 Juni 2022. Ia lebih dulu menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Schloss Elmau, Jerman.
Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Polandia. Dari Polandia, Jokowi menuju ke Ibu Kota Kyiv, Ukraina dengan menumpang kereta luar biasa. Perjalanan menuju ke Ukraina memakan waktu sekitar 12 jam.
Dalam video yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden, terlihat bagaimana Jokowi menyimak dengan serius penjelasan dari Wali Kota Irpin, Alexander Grigorovich Markushin, mengenai kondisi apartemen itu. Sebuah salon bernama "Positive Salon" terlihat hanya tersisa puing-puing di apartemen tersebut.
Kini mayoritas kondisi unit apartemen tersebut hancur dan tak bisa lagi dihuni. Berdasarkan informasi yang tersebar di media sosial, militer Rusia diduga menjatuhkan rudal di sekitar apartemen itu pada 28 Februari 2022. Berdasarkan laporan Markhushin, yang dikutip dari laman Kyiv Independent, 30 Maret 2022, setidaknya 300 warga sipil tewas akibat serangan militer ke Ukraina.
Itu baru di Kota Irpin saja. Diprediksi, jumlah warga sipil yang meninggal dunia bisa lebih banyak. Apalagi peperangan masih terjadi di Ukraina.
"Sangat menyedihkan banyak rumah dan infrastruktur yang rusak," kata Jokowi ketika meninjau komplek Apartemen Lipky.
Langkah yang ditempuh oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu dipuji sebagai respons yang berani. Jokowi menjadi pemimpin pertama dari Asia yang menginjakkan kaki di Ukraina usai diserang oleh militer Rusia. Bahkan, Ibu Negara, Iriana Jokowi turut mendampingi dalam misi perdamaian tersebut.
Iriana menjadi ibu negara pertama yang berani menjejakkan kaki di Ukraina. Padahal, serangan militer bisa berlanjut sewaktu-waktu.
Saat tulisan ini diterbitkan, Jokowi berada di Moskow, Rusia untuk bertemu dengan Presiden, Vladimir Putin. Mayoritas publik di dalam negeri berharap Jokowi bisa menjadi juru damai bagi kedua negara.
Sebuah harapan yang dinilai oleh sejumlah pengamat dan analis terlalu berlebihan. Sebab, Indonesia tak memiliki modal untuk menjadi daya tawar bagi Rusia agar menghentikan serangan militernya.
Lalu, apa hasil realistis yang bisa diharapkan oleh publik dari misi perdamaian Jokowi di Kyiv dan Moskow?