Potret markas TPNPB-OPM di Puncak Papua pasca diserang TNI-Polri. (dok. Jubir TPNPB-OPM Sebby Sambom)
Sebelumnya, CAR melaporkan, BIN telah membeli 2.500 mortir dari Serbia untuk digunakan dalam serangan udara ke KKB yang berada di delapan desa, Papua.
Melansir Reuters, mortir yang diproduksi oleh pembuat senjata milik Serbia, Krusik itu dimodifikasi dengan cara tidak ditembakkan dari tabung mortir tapi langsung dijatuhkan dari udara. Sehingga, dari 32 mortir yang dijatuhkan, lima di antaranya gagal meledak dan terlihat masih utuh.
“Dikatakan senjata yang dikirim ke BIN juga termasuk 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya digunakan untuk meledakkan bahan peledak,” kata CAR dikutip Reuters, Rabu, 8 Juni 2022.
CAR mendapatkan konfirmasi dari seorang saksi mata sekaligus penyelidik hak asasi manusia (HAM) yang bekerja atas nama beberapa gereja. Menurut sumber tersebut, peluru mortir 81 mm itu digunakan dalam serangan kepada kelompok separatis bersenjata pada Oktober di delapan desa di Papua.
IDN Times telah mengonfirmasi temuan tersebut ke Deputi VII BIN, Wawan Purwanto, namun tak kunjung ada jawaban. Kendati, DPR RI dalam waktu dekat akan menggelar sidang tertutup dengan BIN, membahas pembelian senjata.
Anggota Komisi I DPR dari fraksi PDIP Tubagus (TB) Hasanudin mengatakan, BIN dapat memperoleh senjata ringan untuk pertahanan diri agennya, tetapi setiap senjata kelas militer hanya diperuntukan pendidikan atau pelatihan dan bukan untuk tujuan tempur.
“Kita perlu melakukan audiensi terlebih dahulu dengan BIN dan memeriksa alasannya. Setelah itu kita akan memeriksa legalitasnya," katanya.
Saksi lainnya, Pastor Yahya Uopmabin menjelaskan, dia menyaksikan serangan dari pegunungan terdekat, tempat pelarian banyak penduduk. Di mana helikopter dan drone sejak 10 Oktober 2021 menembak dan menjatuhkan amunisi di delapan desa di distrik Kiwirok, Papua, selama beberapa hari.
“Tidak ada yang terbunuh, meskipun rumah dan beberapa gereja dibakar,” ujarnya.
Penyelenggara Proyek West Papua di Universitas Wollongong, yang menyerahkan laporan CAR ke Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB pada April, Jim Elmslie, menyatakan senjata ofensif ini digunakan di wilayah sipil.
“Ini adalah pelanggaran hukum humaniter."
Serbia mengonfirmasi Krusic membuat mortir berdaya ledak tinggi M-72, yang dijual ke pemasok senjata Serbia Zenitprom DOO pada Februari 2021, bersama dengan 3.000 inisiator elektronik dan perangkat pengatur waktu. Amunisi tersebut kemudian diekspor Zenitprom DOO ke PT Pindad untuk BIN.
Pada 6 Oktober 2020, pada awal proses pengadaan, BIN memberikan sertifikat pengguna akhir kepada otoritas Serbia No. R-540/X/2020, yang menegaskan bahwa mereka akan menjadi pengguna eksklusif barang dalam konsinyasi, dan amunisi tidak akan ditransfer atau dijual ke pihak lain tanpa izin dari pihak berwenang Serbia.
“Tidak ada permintaan untuk mentransfer senjata sebelum serangan di Papua,” kata pemerintah Serbia kepada CAR, menurut laporan tersebut.
Dalam laporannya, CAR mengatakan Serbia mengonfirmasi nomor lot pada cangkang yang digunakan di Papua, sama dengan yang dibeli BIN. CAR mengatakan BIN telah memberi pemerintah Serbia sertifikasi verifikasi pengiriman.
IDN Times juga telah mencoba mengonfirmasi kepada Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose. Namun belum ada jawaban.
Sebelum hujan mortir pada Oktober, Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI Putu IGP Dani Nugraha Karya, meninggal dunia di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Minggu 25 April.
Dani ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) saat meninjau lokasi pembakaran yang dilakukan KKB di Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Aksi pembakaran di Beoga berlangsung dua pekan sebelum peninjauan.
"Memang benar Brigjen TNI Putu Dani yang menjabat Kabinda dilaporkan meninggal di Beoga," kata Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri.