Jakarta, IDN Times - Sosiolog dari Universitas Teknologi Nanyang (NTU), Singapura, Sulfikar Amir, menginisiasi petisi agar pemerintah memberikan vaksin COVID-19 secara gratis kepada semua lapisan masyarakat. Ia menilai bila vaksin tidak digratiskan bagi semua warga maka program vaksinasi terancam gagal. Ujung-ujungnya, Indonesia terancam tidak akan terbebas dari virus Sars-CoV-2.
"Anda mungkin mampu bayar vaksin mandiri tapi kalau masih ada jutaan warga Indonesia yang tidak mendapatkan vaksin karena kendala biaya, maka Anda tidak akan pernah aman. So, we gotta do this together," demikian cuitan Sulfikar pada Selasa, 8 Desember 2020 lalu.
Ia membuat petisi dengan menggunakan platform change.org dan membutuhkan 1.500 tanda tangan. IDN Times telah meminta izin kepada Sulfikar untuk mengutip informasi yang ada di petisi itu.
Hingga hari Rabu (9/12/2020), sudah terkumpul 1.060 tanda tangan untuk petisi tersebut. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, ada 32,1 juta warga yang diberi vaksin secara gratis dan menjadi prioritas. Sementara, 150 juta orang diminta untuk membeli sendiri vaksin COVID-19.
"Program vaksin mandiri adalah bentuk komersialisasi vaksin yang sangat tidak tepat dan tidak etis untuk dilakukan dalam situasi pandemik seperti sekarang," ungkap dia di petisi tersebut.
Lantas, apakah benar pandemik tidak akan berhasil dikendalikan bila vaksin COVID-19 tidak diberikan secara gratis?