Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Musyawarah Kiyai Sepuh NU di Lirboyo Buka Opsi Muktamar Luar Biasa PBN
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • Musyawarah Kubro NU menawarkan islah atau munaslub sebagai penyelesaian konflik di PBNU

  • Seluruh unsur NU diminta untuk melakukan introspeksi diri secara kolektif

  • Musyawarah Kubro kiyai sepuh NU menghasilkan 3 poin penting terkait penyelesaian konflik di internal PBNU

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Para kiyai sepuh Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Musyawarah Kubro yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Minggu (21/12/2025). Dalam forum ini, para kiyai sepuh menghasilkan tiga poin penting menyikapi dinamika di internal PBNU.

Mustasyar PBNU, KH Said Aqil Siradj menegaskan, seluruh unsur NU wajib menindaklanjuti hasil musyawarah kubro demi menjaga keutuhan dan kewibawaan organisasi.

Said menegaskan, forum musyawarah para sesepuh NU mulai dari Ploso, Tebuireng, hingga Lirboyo harus dihormati sebagai ikhtiar luhur menjaga muruah dan kedaulatan NU. Menurut dia, membiarkan konflik berlarut justru berisiko membuka ruang intervensi eksternal terhadap NU.

“Mari kita hormati pertemuan para mustasyar dan sesepuh ini. Kalau bukan kita yang menjaga marwah Ploso, Tebuireng, dan Lirboyo, siapa lagi?” kata dia sebagaimana dikutip IDN Times dari NU Online, Senin (22/12/2025).

1. Perintah musyawarah kubro islah atau munaslub

Momen Cak Imin duduk bersama Mantan Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj dan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya dalam acara Haul KH Muhammad Munawwir Kerapyak, Yogyakarta, Sabtu (23/12/2023) (IDN Times/Amir Faisol)

Said menambahkan, Musyawarah Kubro NU menawarkan agar penyelesaian konflik di PBNU dapat ditempuh dengan islah sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan. Namun, ia menegaskan, bila islah gagal, PBNU harus menyerahkan mandat kepada wilayah dan cabang untuk menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) sebagai mekanisme yang sah dan konstitusional dalam tradisi NU.

“Kalau bisa islah, alhamdulillah. Kalau tidak, maka muktamar diserahkan kepada pengurus wilayah dan pengurus cabang. Itu sudah disepakati bersama,” kata dia.

2. Seluruh unsur NU harus introspeksi diri

Mantan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan. (IDN Times/Santi Dewi)

Said mengajak seluruh unsur NU, baik pengurus, kiyai, maupun mustasyar, untuk melakukan introspeksi diri secara kolektif. Ia menekankan, tanggung jawab menjaga NU bukan hanya berada di pundak satu pihak, melainkan menjadi kewajiban bersama.

“Mari kita semua bermuhasabah. Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu, auditlah diri kita sebelum kita diaudit oleh Allah. Tanggung jawab ini sangat berat,” kata Mantan Ketua Umum PBNU itu.

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memberikan sinyal polemik internal di organisasi yang dipimpinnya karena persoalan tambang. Kendati demikian, dia menyebut, konflik di PBNU tidak melalu soal tambang.

"Mungkin, mungkin saja, tapi bukan cuma itu. Ada yang lain," ujar Gus Yahya di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (11/12).

3. Musyawarah Kubro kiyai sepuh NU hasilkan tiga poin penting

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Musyawarah Kubro di Pesantren Lirboyo telah menetapkan 3 poin utama. Pertama, memohon agar kedua belah pihak melakukan islah dengan batas waktu selambat-lambatnya 3 hari terhitung sejak hari ini Minggu, 21 Desember 2025 pukul 12:00 WIB.

Kedua, jika tidak ditemukan kesepakatan untuk islah maka kedua belah pihak menyerahkan mandat kepada Mustasyar untuk membentuk panitia Muktamar yang netral dengan batas waktu paling lama 1 hari ke depan terhitung sejak batas akhir islah.

Ketiga, jika opsi satu dan dua tidak terpenuhi maka para peserta sepakat untuk mencabut mandat dan mengusulkan peyelenggaraan MLB akan dilakukan berdasarkan kesepakatan PW/PC yang hadir. Adapun waktunya, paling lambat sebelum Rombongan Haji Indonesia kloter pertama diberangkatkan.

Editorial Team