instagram.com/najwashihab
Lebih jauh ia menegaskan, ide untuk menghadirkan bangku kosong tersebut sudah dipikirkannya dengan baik, termasuk risiko dituduh melakukan persekusi atau bullying kepada Menkes Terawan. Nana berkeyakinan elite pejabat, apalagi eksekutif tertinggi setelah presiden, bukanlah pihak yang tidak punya kekuatan jika menyebut ide itu adalah sebuah bentuk persekusi.
“Less power, aspek penting yang menjadi prasyarat sebuah tindakan bisa disebut persekusi atau bullying. Sulit menganggap pejabat elite adalah pihak yang lemah,” katanya.
“Saya tidak cemas dengan Pak Terawan, karena seorang yang menjadi menteri pastilah sosok mumpuni dan berpengalaman. Yang kita cemaskan adalah perkembangan pandemi ini. Dan karena itulah Pak Terawan menjadi penting karena, betapa pun banyaknya tim ad-hoc yang dibentuk, urusan kesehatan tetaplah pengampunya adalah Menteri Kesehatan,” katanya menambahkan.
Sebelumnya, program Mata Najwa yang membuat konsep monolog dengan Menkes Terawan menjadi trending topik di Twitter hingga hari ini.
Hal itu dilakukan Nana lantaran lantaran minimnya informasi publik yang disampaikan Terawan. Panggung komunikasi publik pun telah diberikannya, namun Terawan tidak kunjung memberikan respons untuk hadir dalam programnya tersebut.
Merasa miris dengan hal itu, Nana kemudian membuat sesi diskusi monolog dengan Menkes yang diberi judul #MataNajwaMenantiTerawan.
Dalam kesempatan itu, dia menyindir Terawan dengan sebutan menteri kesehatan yang paling low profile di seluruh dunia karena jarang muncul di hadapan publik.