Tempat penampungan sementara di GOR Pasar Minggu (IDN Times/Muhammad Athif)
GOR Pasar Minggu mulai beroperasi sebagai TPS sejak Rabu, 29 April 2020, daya tampungnya untuk 60 orang. Dinsos DKI Jakarta berperan sebagai pengelolanya, sementara Kemensos RI menyediakan perlengkapan lainnya, seperti sarung tangan, hand sanitizer, hingga alat pelindung diri (APD).
Petugas Dinsos selama 24 jam wajib berada di lokasi sekurangnya lima orang. Kerja mereka terbagi dalam tiga shift, pagi, sore, dan malam. Ada juga pegawai kecamatan dan kelurahan, namun mereka tidak berjaga sepanjang waktu. Petugas lainnya adalah tenaga medis, tenaga kebersihan, dan Satpol PP.
Tidak lama setelah IDN Times tiba, Satpol PP juga datang dengan belasan PMKS. Mulai dari manusia silver, yang mengecat sekujur tubuh dengan cat warna perak dan biasa mangkal di pengkolan jalan, pengemis, hingga tuna wisma berusia lanjut. Semua yang tergolong sebagai PMKS akan diangkut untuk didata.
Sebelum memasuki GOR, mereka wajib mencuci tangan dengan air dan sabun di halaman depan. Sore itu petugas Dinsos tampak kelimpungan. Mereka tidak menduga Satpol PP akan menjaring banyak orang tepat 15 menit sebelum azan Magrib berkumandang. Praktis mereka harus menyediakan makanan berbuka.
Sebelum memasuki ruang istirahat, mereka menjalani pemeriksaan suhu. Mereka juga diminta untuk mengisi formulir yang telah disediakan, yang nantinya akan melengkapi DTKS pemerintah.
Mereka yang ingin keluar dari TPS harus dijemput oleh anggota keluarga, ditandai dengan membawa KK. Mereka hadir sebagai penjamin. Pihak terjaring juga diharuskan menandatangani surat perjanjian bahwa mereka tidak akan berkeliaran selama PSBB.
“Tapi kalau melanggar (masih berkeliaran lagi), kami ya tidak memberikan hukuman, kecuali mungkin dikasih shock therapy aja,” kata Hendro, petugas Sudin Sosial Jakarta Selatan, kepada IDN Times.
Harry meminta kepada seluruh Satpol PP untuk tidak menggunakan kekerasan ketika mengangkut PMKS. Pendekatan persuasif harus diutamakan supaya mereka tidak semakin tertekan di masa pandemik.
Kendati begitu, citra Satpol PP dan petugas Dinsos di mata para gelandangan sudah terlanjur “mengerikan”. Tengok keluhan Supardianto, pemulung asal Palembang yang baru setahun mengadu nasib di Ibu Kota. Dia sudah berada di GOR tersebut selama lima hari, termasuk yang paling lama.
Lelaki berusia 78 tahun itu bercerita dengan lirih. Kemeja pendek berwarna coklatnya terlihat sangat lusuh, sudah lima hari tidak dia ganti. Masker yang ia kenakan sudah tidak lagi berbentuk. Tidak layak pakai. Dia kerap mengeluh gatal-gatal dan lecet di sekitar pinggangnya. Namun, keluhan itu tidak berani ia sampaikan kepada petugas.
“Pernah waktu itu ngeluh, tapi cuma iya-iya aja. Tapi kalau ngeluh sakit flu, langsung dikasih obatnya. Saya juga minta pakaian ganti, tapi gak berani nagih lagi. Saya sebenarnya gak puasa (non-muslim), tapi ya karena makannya cuma dua kali sehari, pas buka dan sahur, ya mau gak mau ikutan puasa,” ungkapnya.
Rasa takut kepada petugas juga disampaikan Nurjanah. “Saya gak boleh keluar, gak boleh ke mana-mana. Mau ke kamar mandi aja ditanya, diliatin, kesel saya, saya bentak aja, ngapain sih liat-liat,” setelah suaranya meninggi, tiba-tiba mata Nurjanah berkaca-kaca.
Suaranya terisak. Air mata tak mampu ia tahan. Dia merindukan anak-anaknya yang mungkin tidak tahu di mana ibunya saat itu. “Saya kesal, mau nangis. Biasanya kumpul sama keluarga, sekarang di tempat gini. Emang makanannya enak, tapi gak kumpul sama keluarga. Saya mah makan nasi garam juga gak apa-apa yang penting sama anak-anak.”
Keluhan para gelandangan ditepis oleh Hendro. Menurutnya, petugas sudah berlaku sebaik mungkin. Mereka juga diperbolehkan untuk ke halaman GOR apabila sumpek dengan kondisi ruangan. Wajar saja, sebab GOR yang semula didesain untuk olaharaga, kini menjadi penampungan. Tentu tidak ideal. Bahkan pendingin ruangannya sering mati. Bikin gerah.
“Boleh kok keluar, cari udara segar. Kami juga sediakan kopi, teh, dan biskuit. Kalau ada keluhan, silakan sampaikan kepada petugas,” sanggah Hendro.
Kendati begitu, Hendro tidak menampik bila ada beberapa keluhan yang dilewatkan petugas. “Karena kami sibuk mendata dan banyak yang keluar masuk, jadi ya mohon maaf, komunikasi kami gak detail ke mereka.”