JAKARTA, Indonesia —Jimmy (bukan nama sebenarnya) sesungguhnya tahu menerima duit dari narasumber melanggar kode etik jurnalistik. Namun demikian, ia mengaku tak punya pilihan lain. Gajinya sebagai seorang wartawan di sebuah media berita daring tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Ya, gue juga tahu sebenarnya ini (menerima duit) salah. Tapi, mau gimana lagi? Ngandelin gaji doang, buat liputan aja mana cukup. Akhir bulan juga isi dompet udah abis bro," ujar Jimmy saat berbincang dengan Rappler, beberapa waktu lalu.
Namun, Jimmy mengaku, tidak pernah mengancam atau memeras narasumber. Duit yang ia terima, lanjut pria yang baru saja menikah itu, rata-rata merupakan 'jatah' rutin menulis berita untuk pencitraan para narasumber yang kebanyakan berasal dari kalangan politikus.
"Kalau dikasih ya syukur, kalau enggak ya woles (enggak apa-apa). Itung-itungannya kerja dikasih insentif. Ya, kalau kantor enggak ngasih, cari dari luar. Yang penting gue enggak malak aja dan enggak bikin berita bohong. Gue tulis apa adanya aja," ujarnya.
Situasi serupa juga sempat dialami Rekso Purnomo. Mantan wartawan di salah satu media daring di bawah Grup Kompas Gramedia itu mengaku 'tidak berani' menikah karena merasa tidak bakal mampu menafkahi calon istri dan anak-anaknya kelak dengan hanya mengandalkan gaji. Terlebih, ia selalu tak mau menerima 'ongkos pulang' dari narsum. "Mau dikasih makan apa? Lo tau sendirilah gaji wartawan," cetusnya.
Karena itulah, Rekso mengaku, memutuskan untuk undur diri dari tempatnya bekerja. Selain persoalan upah yang tidak mampu mengejar kenaikan inflasi, menurut dia, kepentingan-kepentingan politis juga kerap 'merasuki' media tempat dia pernah bernaung. "Jadinya enggak betah," ujar dia tanpa merinci.
Januari lalu, AJI Jakarta menetapkan besaran upah layak jurnalis pemula di Jakarta pada 2018 sebesar Rp 7.963.949. Jumlah ini meningkat dibanding upah layak jurnalis pada 2016 sebesar Rp 7.540.000 dan 2015 sebesar Rp 6.510.40. Faktanya, tak banyak wartawan pemula yang diupah lebih dari Rp5 juta per bulan.